Sunday, November 23, 2008

Kesaksianku


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 11 JULI 2007

Tema : KESAKSIANKU
BA : Yohanes 1:29-34
Tujuan :
1. Peserta menyadari arti pentingnya pengenalan akan Yesus melaui peristiwa-peristiwa kehidupan pribadinya.
2. Peserta terdorong untuk memberitakan pengenalannya akan Yesus melalui kesaksian hidupnya sehari-hari.
1. Nyanyian Pembukaan:
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Yohanes 1:29-34
4. Pengantar PA:

Ada perbedaan antara “tahu” dan “mengenal”. Jika kita ditanya siapakah presiden kita sekarang, kita semua pasti tahu, “SBY” (Susilo Bambang Yudoyono). Dari mana kita tahu? Mungkin ada yang tahu dari surat kabar, TV atau media masa lainnya. Tetapi kalau kita ditanya lebih jauh apakah kita mengenal dia, mungkin banyak dari kita yang tidak mengenal SBY secara pribadi. “Mengenal” berarti lebih dari sekedar “tahu”. Didalam pengenalan ada sebuah relasi atau hubungan yang intim atau dekat.
Hal yang sama dapat kita terapkan untuk hal rohani. Kita tentu saja tahu siapa Yesus itu. Tetapi pertanyaannya apakah kita mengenal Dia? Kita dapat saja mengetahui banyak tentang Yesus tanpa banyak mengenalNya. Yohanes Pembaptispun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi setelah mengenalNya, ia kemudian memberi kesaksian tentang Dia.
Dalam Injil Yohanes kata kesaksian digunakan sebanyak 14 kali (dua kali didalam perikop yang sedang kita bahas, ay 32 dan 34).

BAHAN DISKUSI
1. Apa perbedaan antara “tahu” tentang Yesus dan “mengenal” Yesus?
2. Bagaimana pengalaman saudara mengenal Yesus melalui peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari?
3. Siapakah yang menjadi pusat kesaksian saudara dalam kehidupan sehari-hari, pelayanan Yesus atau pelayanan saudara sendiri?
4. Pribadi Yesus seperti apakah yang saudara tekankan di dalam pemberitaan atau kesaksian saudara selama ini? (pembuat mujizat,penyembuh, pemberi berkat, Yesus Juruselamat, atau lainnya?)


5. Nyanyian Akhir:
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Pengampunan, Penghiburan, dan Kasih adalah Dasar Pemulihan Hubungan Antarmanusia


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN
Rabu, 13 Agustus 2008
Tema : PENGAMPUNAN, PENGHIBURAN, DAN KASIH ADALAH DASAR PEMULIHAN HUBUNGAN ANTARMANUSIA
Bacaan : II Korintus 2: 3-11
Tujuan : Peserta dapat mewujudkan pemulihan hubungan melalui pengampunan, penghiburan, dan kasih.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : II KORINTUS 2: 3 – 11.
4. PENGANTAR PA
Ada dua tujuan yang hendak diwujudkan oleh Rasul Paulus ketika menuliskan surat II Korintus 2:3-11. Pertama, ia ingin agar kesedihannya terhapus. Kedua, ia ingin membangun kembali hubungan dengan jemaat Korintus, yang rupanya terganggu.
Terganggunya hubungan Rasul Paulus dengan orang-orang Korintus itu karena kehadiran rasul-rasul palsu yang menghasut Jemaat Korintus serta menyesatkan jemaat (II Korintus 11:13). Rasul Paulus menyebutkan rusaknya hubungan antara dirinya dengan jemaat Korintus sebagai sebuah kedukaan besar. Disebut sebagai kedukaan karena rusaknya hubungan melahirkan kesedihan yang mendalam, apalagi hubungan itu telah dibangun dalam waktu yang cukup lama. Keinginan Paulus adalah mengganti kedukaan menjadi kesukacitaan bersama. Dan, Paulus tahu, kesukacitaan itu akan terwujud jika (dan hanya jika) sebuah hubungan yang rusak itu telah dipulihkan kembali.
Dalam menuliskan suratnya kepada Jemaat Korintus, perasaan Paulus dipenuhi oleh kecemasan dan kesesakan, bahkan dengan mencucurkan banyak air mata. Hal ini terjadi karena begitu besar cinta Paulus kepada orang-orang Korintus (ayat 4).
Kita bisa membayangkan situasi Rasul Paulus saat itu. Ia tidak ingin kehilangan hubungan yang telah dibangunnya bersama orang-orang Korintus. Seberapa hubungan antara orang-orang Korintus dengan Paulus, sehingga ia begitu bersedih atas rusaknya hubungan mereka?
Dalam I Korintus 4:15 dan 21, Rasul Paulus menunjukkan bahwa ia adalah bapa mereka dalam iman. Betapa sedih hatinya jika antara bapak dan anak tidak memiliki hubungan yang baik. Karena itulah, sebagai bapak, ia merangkul anaknya kembali untuk hidup bersama dalam iman dan kasih kepada Kristus.
Rupanya dalam jemaat Korintus ada seseorang yang menimbulkan kesedihan (ayat 5) dan hal itu rupanya menunjuk pada rasul palsu yang disebut Paulus dalam II Korintus 11:13. Rasul Paulus mengingatkan, sesungguhnya kesedihan yang dibuat oleh seseorang itu tidak hanya menyedihkan dirinya secara pribadi, tetapi juga orang – orang Korintus. Dari sini Paulus menghimbau untuk menegur orang itu supaya ia bertobat (ayat 6). Teguran itu dimaksudkan untuk mengajak orang yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar. Teguran adalah bentuk kepedulian. Dalam teguran terdapat didikan agar seseorang yang bersalah menemukan kesalahannya serta bertobat.
Bahkan, Paulus tidak hanya mengajak Jemaat Korintus dengan menegur saja. Melainkan, ia juga mewujudkan pengampunan kepada orang yang bersalah itu (ayat 7). Paulus sendiri sebenarnya telah dirugikan oleh orang yang bersalah itu, sebab Paulus telah difitnah olehnya. Tetapi, bagi Paulus pengampunan harus dinyatakan terlebih dahulu agar hubungan dipulihkan serta pihak yang bersalah beroleh penghiburan dalam Kristus.
Nasihat indah lainnya yang dinyatakan oleh Paulus kepada orang Korintus (selain menegur, mengampuni, dan menghibur orang yang bersalah) adalah mengasihi orang yang bersalah (ayat 8). Mengapa hal itu harus dikerjakan? Rasul Paulus menyebutkan sebagai sebuah ujian (ayat 10). Mengampuni dan mengasihi adalah bentuk nyata dari ibadah Kristen. Sebab, didalam pengampunan dan kasih terjadi pemulihan hubungan dan kemuliaan nama Tuhan. Sebaliknya, dalam kebencian dan pengucilan, iblis memanfaatkannya untuk memecahbelah jemaat.
Melalui pembelajaran ini, marilah kita membangun hubungan bersama yang dipenuhi pengampunan, penghiburan dan kasih. Supaya, dengan demikian, nama Tuhan benar-benar dimuliakan. Juga, marilah kita mengajarkan hal itu semua dalam keluarga, sekolah, jemaat serta di mana pun kita berada. Amin.
BAHAN DISKUSI
1. Apakah yang kita rasakan ketika dalam hidup bersama terjadi perbedaan pendapat dan konflik yang mengarah pada perpecahan?
2. Apa yang akan terjadi jika dalam hubungan tidak ada kesediaan saling mengampuni?
3. Apa sajakah upaya yang mesti dilakukan agar sikap hidup saling mengampuni bisa terwujud dalam kehidupan bersama?
4. Bagaimanakah saudara hendak menerapkan pembelajaran mengenai hidup saling mengampuni tersebut dalam mendidik anak-anak saudara sesehari?
5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP
CATATAN:
Diberitahukan kepada segenap warga bahwa pada hari Minggu, 17 Agustus 2008 sebelum Kebaktian Pkl. 07.00 WIB akan dilaksanakan prosesi peringatan HUT RI ke - 63

Harta dan Kebenaran


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 06 Agustus 2008

Tema : HARTA DAN KEBENARAN
Bacaan : Lukas 12:13-21 dan Matius 8:19-24
Tujuan : menyadari perlunya kejujuran dalam bekerja, serta cara mengatasi godaan dalam pekerjaan.

1. Nyanyian Pembukaan, KJ 401
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Lukas 12:13-21 dan Matius 6:19-24
4. Pengantar PA
Banyak orang pada jaman ini yang berpikir, dengan uang / harta segalanya bisa menjadi; akibatnya mereka lalu berusaha mengumpulkan uang atau materi sebanyak-banyaknya supaya dapat terbebas dari berbagai kesulitan hidup. Orang yang berpedoman demikian akan menempuh jalan apa saja dan menghalalkan segala cara asalkan tujuannya tercapai. Sungguh, inilah pemahaman yang keliru dan menyesatkan; dan akan menghasilkan kekecewaan dalam hidup manusia. Sebab ada tertulis; “Berjaga-jagalah terhadap ketamakan, sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya” (Lukas 12:15)
Orang kristen pun ternyata tidak luput dari pengaruh buruk harta; Kebenaran Firman Tuhan tidak lagi diperhatikan dalam kehidupannya, dan Roh Kudus yang semestinya menguasai kehidupan orang beriman, seringkali malah diganti dengan “roh materialisme” (yaitu; mendewakan materi/harta). Bahkan ada juga yang berani berdalih untuk membenarkan dirinya sendiri katanya:
- Ya … saya tahu, ditinjau dari Firman Tuhan, apa yang saya lakukan ini memang keliru, tapi apa boleh buat. Bukankah saya ini manusia berdosa yang masih hidup di dunia ini …?
- “Tuhan-kan mahakasih. Dia pasti akan mengampuni kesalahanku dalam mencari harta ini, hartaku kan demi pelayanan juga…”
- “saya sadar bahwa usaha saya ini suatu usaha yang tidak halal, ya, tapi apa boleh buat, Tuhan pasti tahu… saya kan terpaksa melakukannya, bukankah roh itu penurut tetapi tubuh itu lemah…?
- Dsb.
Pendek kata, ada banyak orang kristen yang pandai membenarkan diri sendiri dan bahkan berani menggunakan Firman Tuhan untuk menutupi ketamakannya.
Harta dan materi sebenarnya boleh saja dimiliki, untuk sarana pelayanan kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, tetapi yang pasti bukan semata-mata untuk kepuasan pribadi. Oleh sebab itu berhati-hatilah terhadap motivasi pemilikan harta kekayaan yang sering membelenggu hidup kita. Orang yang berhasil mengumpulkan materi/harta sebanyak-banyaknya, akan terbius oleh keindahan hartanya, dan ia menjadi orang kaya yang miskin di hadapan Allah. “Karena di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Matius 6: 21).
Dalam Alkitab perjanjian baru Tuhan Yesus kembali menegaskan bahwa dari ketamakan, seperti yang terdapat dalam Lukas 12:13-21. Adalah seorang yang mempunyai perkara yang menyangkut harta waris. Orang tersebut meminta pendapat kepada Tuhan Yesus karena merasa diperlakukan tidak adil oleh saudaranya karena tidak mendapatkan porsi warisan yang semestinya. Dia meminta Tuhan Yesus menegur saudaranya itu sekaligus memberitahukannya agar mau berbagi warisan dengannya.
Namun ternyata Tuhan Yesus merasa keberatan untuk menjadi hakim dalam kasus tersebut dengan alasan bahwa tidak dalam kapasitasNya Yesus mengadili para pihak yang bersengketa. Lagipula menurut Tuhan Yesus, obyek yang menjadi sengketa (dalam hal ini harta warisan) tidak menjadi penjamin hidup manusia.
Tuhan Yesus mengetahui bahwa orang yang berperkara itu dikuasai oleh roh “Ketamakan”. Ketamakan dalam bahasa Yunani memakai kata “Pleonexia” yang berarti penonjolan diri secara berlebihan dalam hal kepemilikan sesuatu dan cenderung serakah. Oleh karena itu Tuhan Yesus merasa perlu untuk mengingatkan orang-orang itu tentang bahaya ketamakan. Karena ketamakan itu cenderung untuk mendapatkan yang lebih atau berlebihan daripada yang sudah ia miliki. Kalau kepemilikan itu berupa harta kekayaan, maka Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa hidup itu tidak sepenuhnya tergantung oleh harta dan kekayaan saja.
Pada ayat ke 16 – 20 merupakan perumpamaan yang melukiskan bagaimana harta itu hanya bisa dinikmati ketika seseorang itu masih hidup. Ketika sudah mati harta itu dengan sendirinya tidak berarti lagi bagi diri pribadi.

BAHAN DISKUSI:
1. Mengapa Tuhan Yesus menolak melibatkan diri dalam perkara orang yang bersengketa mengenai warisan? Apakah dengan demikian Tuhan Yesus tidak peduli dengan perkara jasmaniah atau ketidakadilan? Jelaskan pendapat saudara!
2. Apakah yang dimaksud “Karena di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Matius 6: 21)? Jelaskan pengertian saudara!
3. Studi kasus: Sriwati telah 2 tahun bekerja sebagai karyawati di kantor pemerintah dengan gaji Rp. 900.000,- sebulan, sebagai petugas bagian pembelian alat-alat kantor. Melihat bekas teman-teman sekolahnya kini telah memiliki kendaraan bermotor serta rumah, maka dia bertekad agar bisa berdiri sejajar dengan mereka. Atas anjuran kenalannya yang telah “berpengalaman” di bidang kong-kalingkong, maka kini dia mencoba mempraktekkan metode “permainan kwitansi pembelian barang”. Caranya tersebut ternyata sangat rapi dan berhasil dengan memuaskan berkat “kerjasama” dan bantuan pemilik toko alat-alat tulis yang menjadi langganan tetap kantornya. Kepala bagian tahu akan hal ini, namun berjanji kepada Sriwati tidak akan membuka rahasianya, asalkan Sriwati mau “melayani all in” kebutuhan kepala bagian yang selalu kesepian itu. Demikianlah Sriwati, gadis muda itu bertumbuh menjadi orang kaya bergelimang harta. Bagaimana pendapat Saudara terhadap apa yang dilakukan Sriwati? Jika saudara jadi teman Sriwati apa yang akan saudara lakukan?

5. Nyanyian Akhir, KJ 388
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Janji Allah Sebagai Sumber Pengharapan


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 09 Juli 2008

Tema : JANJI ALLAH SEBAGAI SUMBER PENGHARAPAN
Bacaan : Ratapan 3: 18 – 26
Tujuan : Peserta memahami bahwa Allah – lah satu-satunya sumber pengharapan dan terpanggil untuk setia berharap hanya kepada janji Allah.

1. Nyanyian Pembukaan KJ. 401
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Ratapan 3: 18 - 26
4. Pengantar PA
Pengharapan sering kali tersembunyi ketika manusia masih tenggelam dalam kekecewaan atau kemarahan di tengah situasi yang buruk “Masih adakah harapan ditengah situasi seperti ini”? itulah pertanyaan yang sering muncul. Pertanyaan yang lebih konkret lagi, “Kepada siapa kami bisa berharap”? sederet nama orang kemudian muncul dipermukaan: orangtua, sahabat, teman, rekan kerja, pendeta, psikolog, anggota jemaat atau pemimpin masyarakat/bangsa. Orang-orang itu bisa memberi harapan namun mereka juga manusia yang mungkin memiliki pergumulan dan harapan yang mirip dengan diri kita sendiri. Satu-satunya sumber pengharapan adalah Allah dan Allah bisa berkarya melalui manusia lain disekitar kita.
Jika Allah yang menjadi sumber harapan, kita tidak akan kecewa terhadap seseorang yang sedang dipakai Allah menjadi saluran harapan bagi kita namun Ia toh punya kekurangan. Lalu bagaimana kita dapat menemukan Allah sebagai sumber pengharapan?, yaitu:
1. Kitab Ratapan adalah kumpulan syair yang bernada sedih karena saat itu orang-orang Israel dikalahkan oleh musuh dan dibuang di tanah Babel. Mereka kehilangan segala-galanya bukan hanya harta benda tetapi juga kemerdekaan sebagai suatu bangsa. Ratapan yang diyakini ditulis oleh Nabi Yeremia ini ternyata juga mengandung kepercayaan akan pertolongan Tuhan sehingga tetap ada harapan bagi masa depan bangsa yang sudah hancur itu.
2. Nabi yang mewakili seluruh umat Israel mengeluhkan kesengsaraan yang harus dialami seperti pil pahit berisi racun yang harus diminum. Kesengsaraan itu ternyata bukan hanya penderitaan fisik melainkan juga penderitaan batin. Jiwaku tertekan! Semacam trauma yaitu sakit di hati bila teringat suatu peristiwa masa lalu.
3. Apakah harapan sudah habis? Tidak mampukah sang Nabi melihat titik terang di tengah kegelapan bangsanya? Inilah yang membedakan Nabi dengan warga Israel yang lain. Ia mau belajar berharap. Usaha itu dimulai dengan keyakinan bahwa Allah itu baik dan setia. Kesetiaan Tuhan itu terbukti dengan terbitnya matahari setiap pagi. Sedangkan orang lain tetap saja tenggelam dalam keputusasaan sehingga tidak mampu lagi melihat terbitnya matahari sebagai tanda kesetiaan Tuhan. Peristiwa setiap pagi itu dianggap biasa dan tidak ada artinya.
4. Bagaimana cara menanti atau berharap kepada Tuhan dalam situasi yang buruk? Nabi menjawab, hanya dengan DIAM! Bila umat terus menerus mengeluh, protes dan berontak terhadap situasi dan bahkan menyalahkan Tuhan, tidak mungkin mereka dapat melihat harapan dan pertolongan yang akan datang. Dengan diam dan tenang, harapan masih ada karena Tuhan itu baik kepada orang yang mau menantikakn an mengharapkan pertolonganNya dengan rendah hati. Diam berarti mau menerima kenyataan dan bahkan mau mengadakan evaluasi diri, mengapa semuanya bisa terjadi.

BAHAN DISKUSI
1. Hal apa saja yang sering membuat seseorang terpuruk dalam keputusasaan? Mengapakah hal itu bisa terjadi?
2. Wajarkah bila kita mengeluh, protes dan menyalahkan situasi bila sedang mengalami hal yang buruk? Bolehkah menyalahkan Tuhan atas situasi yang telah terjadi?
3. Bagaimana kita dapat menemukan kembali harapan ketika situasi penderitaan yang kita alami berkepanjangan seperti yang dialami oleh orang Israel di tanah pembuangan? Kepada siapa kita lari dan mengharapkan pertolongan?
4. Apa artinya “berdiam diri dihadapan Tuhan” pada saat ini? Apakah itu berarti kita hanya harus berdoa?

5. Nyanyian Akhir KJ. 445
6. Doa Penutup

Mensyukuri Teladan Kristus Melalui Pelayanan


PEMAHAMAN ALKITAB IBU – IBU
Rabu, 25 Juni 2008
Tema : MENSYUKURI TELADAN KRISTUS MELALUI PELAYANAN
Bacaan : Yohanes 13: 4 – 17.
Nats : Yohanes 13 : 14 – 15 & Kolose 3 :23
Tujuan : 1. Menyadari bahwa teladan Kristus menjadikan tindakan – tindakan menjadi Pelayanan yang hidup.
2. Mengajak jemaat menanggalkan segala atribut yang disandangnya dalam melakukan pelayanan.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN KJ. 341: 1, 2
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB YOHANES 13 : 4 – 17.
4. PENGANTAR PA
Jemaat yang hidup dapat dilihat dari pelayanan yang dilakukan dalam kehidupan bersama. Pelayanan merupakan satu-satunya fungsi jemaat untuk mengembangkan atau menumbuhkan kedewasaan iman seseorang. Segala sesuatu yang dilakukan dalam tindakannya atau ibadahnya dan lain-lain adalah bentuk dari pelayanan. Dengan demikian pelayanan jemaat yang hidup tergantung dari seberapa jauh ia lakukan.
Menjadi orang kristen (notabene: orang kudus) berarti kita melayani di dalam ataupun di luar bersama-sama dengan anggota jemaat yang lain, meskipun kita dikaruniai talenta hidup yang berbeda, kita semua dipanggil untuk melayani. Di dalam melakukan pelayanan kita diajar dan diajak untuk tidak membedakan siapa dan apa status yang kita miliki.
Didalam Injil Yohanes 13 : 4 – 17, dengan jelas sekali merupakan teladan Kristus yang ditujukan kepada para murid kala itu, yang kemudian ditujukan kepada kita semua sebagai manusia tebusan (pilihan Allah) pada saat ini. Hal ini dikandung maksud atau diajarkan kepada kita agar didalam melakukan pelayanan kepada Allah melalui sesama dengan tidak memandang sebagai pekerjaan atau tindakan yang hina dalam melakukannya. Sebaliknya kita diharapkan dapat menjadi pelaku-pelaku pelayanan yang sempurna atau berkwalitas.
Jika kita mengacu pada kitab Yohanes 13 : 5, kita dapat melihat betapa hinanya tindakan yang dilakukan Tuhan Yesus, padahal kita tahu Dia yang adalah Guru dan Tuhan. Sadar atau tidak sadar kita sering merasa disepelekan atau dilecehkan oleh orang lain dan bahkan kita merasa sakit hati, ketika kita dimintai pertolongan untuk melakukan hal yang sifatnya tidak mendukung dengan posisi kita pada saat emergenci/mendesak. Melalui teladan dan tindakan Tuhan Yesus kita diajak dan diajar untuk dapat melepaskan segala atribut yang kita sandang atau kita miliki ketika kita melakukan pelayanan terhadap sesama.
Dipandang melalui kacamata iman/rohani, siapa keberadaan kita, apapun status kita, entah itu kaya (konglomerat) atau miskin (melarat) pegawai/karyawan atau pengangguran, pejabat atau penjaga/pesuruh, ibu rumah tangga dan sebagainya, dihadapan Allah kita semua sama. Sebaliknya jika dipandang melalui kacamata jasmani/dunia, jelas banyak sekali terlihat perbedaan-perbedaan yang akan menghambat pelayanan kita secara utuh, karena di sini lebih mengetengahkan egosentris kita. Dalam keluarga kristen pun dalam bergereja kita sering terjebak oleh hal-hal yang sifatnya duniawi, sehingga kita kehilangan kepedulian kita terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan kita.
Dalam ayat nats Alkitab kali ini :
Yang pertama Injil Yohanes 13 : 14 – 15 “jadi jikalau Aku membasuh kakimu ................ dst, ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita dapat melakukan pelayanan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya, yaitu melakukan pekerjaan yang dipandang hina oleh siapapun.
Yang kedua Kitab Kolose 3: 23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”, disini menegaskan kepada kita bahwa setiap tindakan pelayanan didasari dengan rasa kasih sehingga apapun tindakan kita mendatangkan suka cita dan ucapan syukur, bukan sebaliknya menjadikan sebagai beban dalam hidup kita.
Dari uraian di atas nyata apa arti kasih Kristus kepada kita, yaitu agar kita dapat bertumbuh dan berkembang kearah kedewasaan dalam iman, supaya kita dapat mengucap syukur kepada Allah dalam segala tindakan pelayanan kita. Dengan demikian kita dapat menjalin hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain di dalam Kristus, yang pada akhirnya kita dapat melakukan pelayanan tidak hanya kedalam (intern) saja tetapi dapat keluar (ekstern). Amin.

BAHAN DISKUSI
1. Memperhatikan Pengantar di atas, bagaimanakah gambaran saudara tentang pelayanan yang hidup?
2. Hal – hal apa saja yang ada dalam hidup kita yang sering menghambat pelayanan kita? Jelaskan!
3. Dengan mengacu pada teladan Yesus (Yohanes 13:5) bagaimanakah seharusnya kita bertindak sebagai orang yang mengenal Tuhan/beriman? Jelaskan!
4. Bagaimanakah cara kita dapat mengungkapkan rasa syukur kita atas teladan dan pelayanan Tuhan Yesus?

5. NYANYIAN AKHIR KJ. 309: 1,2
6. DOA PENUTUP
7. NYANYIAN AKHIR KJ. 352:1,3

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Yang Naik, Memberikan Karunia-Karunia Kehidupan


PEMAHAMAN ALKITAB IBU – IBU
Rabu, 30 April 2008

Tema : YANG NAIK, MEMBERIKAN KARUNIA – KARUNIA KEHIDUPAN
Bacaan : Efesus 4: 7 - 16.
Tujuan : Jemaat menyadari, bahwa Kristus yang naik membuat kegiatan- kegiatan menjadi pelayanan yang hidup.

1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB EFESUS 4: 7-16.
4. PENGANTAR PA
Seorang teolog bernama Barth pernah mengatakan bahwa pelayanan bukanlah salah satu fungsi dari jemaat yang hidup di dunia ini. Sebenarnya pelayanan itu sendiri adalah satu-satunya fungsi jemaat. Segala sesuatu yang jemaat lakukan, seperti pemberitaannya, kesaksiannya, pengajarannya, penggembalaannya ibadahnya dan masih banyak yang lain, semuanya itu adalah bentuk dari pelayanan. Jadi, suatu jemaat dapat dikatakan “hidup” tergantung dari seberapa jauh ia melakukan pelayanan.
Menjadi orang kristen (=orang kudus) dalam jemaat berarti ia melayani di dalam dan bersama-sama dengan anggota jemaat yang lain. Walaupun setiap anggota jemaat mempunyai karunia yang berbeda-beda, mereka semua dipanggil untuk melayani. Masing-masing ditempatkan dengan tugasnya sendiri-sendiri. Dalam melakukan tugasnya itu, tidak boleh ada anggota yang (sengaja atau tidak sengaja) dilupakan. Pelayanan jemaat bukanlah hak atau prerogratif dari satu atau dua orang saja, melainkan hak semua anggota jemaat. Semua anggota jemaat dipanggil untuk melayani. Pelayanan bukanlah milik majelis atau komisi saja, melainkan kewajiban dari semua anggota jemaat.
Efesus 4: 7-12 adalah kelanjutan tentang nasihat Rasul Paulus untuk menjaga, memelihara dan melindungi kesatuan jemaat (lihat ayat 1-6). Pembicaraan tentang kesatuan jemaat itu kemudian masih dilanjutkan dalam bacaan kita saat ini, khususnya yang terkait dalam bidang pelayanan. Dalam ayat 7 Rasul Paulus mengatakan bahwa dalam jemaat ada bermacam-macam kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anggota-anggota jemaat. Pemberian kasih karunia itu memang tidak sama, tetapi tiap-tiap jemaat jelas dianugerahi “menurut ukuran pemberian Kristus”. Ini berarti bahwa pemberian itu didasari atas kehendakNya dan tugas pelayanan itu kemudian dipercayakan kepada tiap-tiap anggota dalam rangka pembangunan tubuh Kristus (ayat 12).
Tentang pemberian Kristus itu, yaitu pemberian kasih karunia kepada anggota-anggota jemaat, menurut Paulus sebenarnya telah ada dalam kesaksian Kitab Suci. Kesaksian itu ia berikan dalam ayat 8 “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia nmembawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Kutipan dari Mazmur 68:19 ini sebenarnya merupakan nyanyian Israel yang menunjuk kepada karya Allah; setelah Allah berjuang untuk umatNya, Ia kembali ke bukit Sion atau Rasul Paulus ayat tersebut dikutip dan diterapkan kepada Kristus, yaitu sesudah Ia beroleh kemenangan didalam hidupNya di dunia. Ia kembali naik ke tempat kemuliaanNya, yaitu sorga.
Keanekaragaman pemberian dan tugas itu adalah suatu ciri utama jemaat. Hal itu erat hubungannya dengan pelayanan yang Kristus percayakan kepada jemaat. Pelayanan itu begitu luas dan begitu banyak macamnya, sehingga tidak dapat dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Itulah sebabnya Kristus memberikan kepada jemaat bermacam-macam pelayanan dengan bermacam-macam pemberian dan tugas. Para pelayan itu ialah rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar (lihat ayat 11 dan lebih banyak lagi dalam Roma 12 dan I Korintus 12). Antara pelayan-pelayan itu tidak ada perbedaan kualitatif. Mereka semua sama tinggi dalam kedudukannya di hadapan Kristus. Pelayanan mereka berdasarkan atas kasih karunia Allah atau dengan kata lain semuanya adalah “kharismata”. Dengan demikian, bentuk pelayanan yang satu tidak lebih mulia atau lebih penting daripada pelayanan yang lain. Semuanya sama penting, sedang yang berbeda hanyalah fungsi dan bidangnya.
Dalam ayat 13-16, Paulus melanjurtkan uraiannya di atas. Paulus dalam ayat-ayat ini menguraikan tentang perlengkapan anggota-anggota jemaat dan pembangunan tubuh Kristus, khususnya mengenai soal sampai dimanakah perlengkapan dan pembangunan itu dapat dikerjakan. Jawabannya ia berikan dalam ayat 13, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kata “kita semua” di sini, mendapat tekanan dan menjadi kata yang patut kita perhatikan. Pengertian tentang tubuh Kristus dan pembangunan tubuh Kristus secara jelas mencakup semua anggota jemaat. Karena itu tidak boleh ada diantaranya yang dilupakan. Mereka semua sebagai suatu persekutuan, harus saling memperlengkapi dan saling membangun mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu. Paulus menyebutkan beberapa tujuan itu, yang pertama adalah kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah. Kedua adalah kedewasaan penuh dan yang ketiga adalah tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Yang dimaksud kepenuhan Kristus disini adalah Karya Allah yang mencakup segala sesuatu dan yang memenuhi segala sesuatu, termasuk dalam jemaat. Pertumbuhan jemaat adalah pertumbuhan karya Allah, dan semakin subur jemaat hidup, semakin tampak karya Allah yang besar itu. Sungguhpun demikian, pembanunan jemaat itu bukanlah maksud atau tujuan akhir dari perlengkapan anggota-anggota jemaat. Pembangunan jemaat tidak berlangsung untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dunia (pengertian ayat 14)
Dari uraian itu nyata apa artinya Kasih Kristus dalam jemaat; yaitu yang membuat tubuh menjadi suatu keseluruhan; yang mengikat segala sendi tubuh dengan erat dan menghubungkan sendi-sendi itu menurut fungsinya masing-masing dan memberikan kekuatan kepada tiap-tiap sendi untuk memberikan pelayanannya kepada seluruh tubuh. Susunan yang kompleks dan yang harmonis dari tubuh, menjelaskan kepada kita bagaimana caranya kasih Kristus dalam segala bagiannya nyata mengerjakan pembangunan di dalam jemaatNya.


BAHAN DISKUSI
1. Memperhatikan Pengantar di atas, bagaimanakah gambaran Anda tentang jemaat yang hidup? Diskusikanlah!
2. Dalam ayat 8 dikatakan: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi , …. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Coba Anda sebutkan pemberian berupa apakah yang Anda terima bagi hidup Anda (tanpa talkut dianggap sombong)? Bagaimana Anda memfungsikan pemberian-pemberian itu untuk membangun jemaat Tuhan?
3. Memperhatikan alinea ke 2 dalam Pengantar di atas, adakah anggota jemaat yang “dilupakan” yang tinggal di kelompok/wilayah/blok dimana Anda tinggal? Apa tindakan Anda ketika mengetahui bahwa ada di antara mereka yang “dilupakan”?
4. Pembangunan jemaat bukan hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi juga untuk kepentingan dunia atau lingkungan di mana kita tinggal. Coba jelaskan pengertian tersebut!


5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Keluarga Yang Hidup


PEMAHAMAN ALKITAB IBU-IBU GKJ CILACAP
Rabu, 18 Juni 2008

Tema : KELUARGA YANG HIDUP
Bacaan : Ibrani 10 :19 - 25.

1. Nyanyian Pembukaan
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Ibrani 10 : 19 - 25.
4. Pengantar PA:

Dewasa ini banyak keluarga-keluarga yang mengalami persoalan keluarga yang akibat dari pengaruh-pengaruh kehidupan dunia sekuler (duniawi) yang sering mempengaruhi pola hidup mereka termasuk keluarga Kristen. Setangguh apapun keluarga dalam membentengi hal itu kalau tidak dilakukan secara berkesinambungan akan terasa sulit. Sebenarnya sudah banyak uraian-uraian tentang tips-tips dalam mempertahankan dan membina keluarga dari pengaruh kehidupan yang kurang baik dampaknya terhadap keluarga, namun itu secara umum berlaku dan sentuhan nilai-nilai religius sangat kering dan kurang terasa, sehingga setiap pembaca akan merasakan ada sesuatu yang kurang dari tiap tips tersebut.
Kadang kita berpikir telah puas kalau sudah pergi ke gereja pada hari Sabat/Minggu saja. Itu tidak cukup!!! Ingat itu tidak akan cukup!!! Tuhan Yesus Kristus yang kita sembah bukan Tuhan yang hadir dan kita sembah hanya pada hari Minggu saja, itu saja di gereja “mendengarkan firman sambil ngantuk”, yang mungkin paling lama dua jam. Padahal satu hari ada 24 jam dan kalau dihitung satu minggu berarti ada 168 jam dalam satu minggu. Itu berarti ada banyak sekali waktu luang yang kita buang secara percuma dan sia-sia, kalau mungkin kita gunakan barang kali hanya untuk kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu kita dituntut secara pribadi atau kelompok untuk tetap mewujudkan persekutuan pribadi dengan Tuhan kita. Justru kita banyak waktu luang tersebut dapat secara efektif kita gunakan untuk persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Perlu juga dikembangkan persekutuan-persekutuan keluarga agar keluarga-keluarga Kristen dapat kuat menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan yang semakin berat dari dunia sekuler ini. Kita hanya dapat membentengi itu semua dengan iman kita yang terbina sejak dini dari persekutuan-persekutuan keluarga yang dilaksanakan secara rutin dikeluarga Kristen ini. Pengaruh dunia sekuler memang kuat, sejalan dengan itu kita juga semakin menggiatkan persekutuan kita dengan Tuhan baik secara kelompok maupun pribadi.
Dari Firman Tuhan dalam surat Ibrani 10 : 19-25 menjelaskan kepada kita semua terkhusus dalam ayat 25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Dari gambaran firman tersebut bahwa setiap orang percaya dituntut untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan meninggalkan kegiatan gereja atau dalam firman dijelaskan dalam bahasa “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah kita, seperti kebiasaan beberapa orang … “ melalui persekutuan keluarga orang percaya dapat memulai merintis kegiatan tersebut dari masing-masing keluarga. Walaupun saya tahu untuk memulai itu sangat sulit namun kalau sudah berjalan secara rutin, kalau tidak melaksanakan akan terasa ada sesuatu yang kurang.
Oleh karena itu kepercayaan kita kepada Kristus dapat bertambah dalam persekutuan keluarga yang bermanfaat bagi keluarga itu sendiri didalam menghadapi dunia sekuler yang semakin nyata dan sulit dibendung, yang sedikit banyak berpengaruh dalam perkembangan anak bahkan gereja, sehebat apapun sulit untuk membendung pengaruh dunia yang semakin meracuni pola pikir orang-orang percaya yang segala sesuatu selalu diukur dengan uang. Kita jangan tersentak kaget ketika suatu saat mendapati anak kita yang manis dan penurut ternyata pengguna narkoba, atau sudah merasakan hidup bebas bahkan terkadang tanpa batas dan aturan dll.
Seberat apapun kita dapat menumbuhkan kesadaran pribadi atau kolektif untuk dapat memulai dan membangun jaringan-jaringan persekutuan keluarga yang aktif. Hanya dengan persekutuan keluarga yang hidup inilah diharapkan sebagai benteng terakhir sehingga iman kita menjadi matang dan berkembang yang akhirnya menghasilkan buah yang bagus, karena tidak cukup pembinaan-pembinaan iman hanya dengan ke gereja dan kadang PA, karena itu ternyata masih banyak waktu yang kita buang percuma dan banyak kegiatan yang sia-sia kita lakukan.
Dengan sungguh-sungguh setiap keluarga memperhatikan pertumbuhan iman anggota keluarganya dengan adanya persekutuan-persekutuan keluarga yang secara rutin dilaksanakan. Dari sini sebenarnya juga ditumbuhkembangkan komunitas, demokrasi dan solidaritas masing-masing anggota keluarga. Belajar saling m,enghargai pendapat pihak lain dan itu semua sebenarnya dapat dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu keluarga. Dengan adanya kebiasaan persekutuan di keluarga-keluarga Kristen dapat juga dipakai untuk pendidikan budi pekerti dan juga pengenalan akan Tuhan sejak dini, oleh karena itu sebenarnya tidak ada kata lain kecuali “kita muali sekarang”. Rencanakan dengan matang dengan mengambil hari dan waktu yang telah disepakati bersama sehingga masing-masing dapat memegang komitmennya hari dan waktu itu adalah waktu persekutuan doa keluarga, sehingga kegiatan dan acara saat itu dapat ditunda atau ditangguhkan dengan komitmen bahwa hari dan waktu itu adalah saat persekutuan doa keluarga.

BAHAN PERENUNGAN & PA
1. Apa dan bagaiman cara yang efektif untuk menanamkan nilai religius terhadap anak-anak kita?
2. Apa hambatan yang sering dihadapi oleh keluarga untuk memulai persekutuan doa di masing-masing keluarga?
3. Persoalan iman adalah persoalan gereja dan pendeta, setujukah pendapat tersebut, berikan alasannya sehingga dapat mendorong masing-masing peserta untuk dapat menyimpulkannya!

5. Nyanyian Penutup
6. Doa Penutup

*** Selamat Ber-PA ***
 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez