Sunday, November 23, 2008

Kesaksianku


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 11 JULI 2007

Tema : KESAKSIANKU
BA : Yohanes 1:29-34
Tujuan :
1. Peserta menyadari arti pentingnya pengenalan akan Yesus melaui peristiwa-peristiwa kehidupan pribadinya.
2. Peserta terdorong untuk memberitakan pengenalannya akan Yesus melalui kesaksian hidupnya sehari-hari.
1. Nyanyian Pembukaan:
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Yohanes 1:29-34
4. Pengantar PA:

Ada perbedaan antara “tahu” dan “mengenal”. Jika kita ditanya siapakah presiden kita sekarang, kita semua pasti tahu, “SBY” (Susilo Bambang Yudoyono). Dari mana kita tahu? Mungkin ada yang tahu dari surat kabar, TV atau media masa lainnya. Tetapi kalau kita ditanya lebih jauh apakah kita mengenal dia, mungkin banyak dari kita yang tidak mengenal SBY secara pribadi. “Mengenal” berarti lebih dari sekedar “tahu”. Didalam pengenalan ada sebuah relasi atau hubungan yang intim atau dekat.
Hal yang sama dapat kita terapkan untuk hal rohani. Kita tentu saja tahu siapa Yesus itu. Tetapi pertanyaannya apakah kita mengenal Dia? Kita dapat saja mengetahui banyak tentang Yesus tanpa banyak mengenalNya. Yohanes Pembaptispun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi setelah mengenalNya, ia kemudian memberi kesaksian tentang Dia.
Dalam Injil Yohanes kata kesaksian digunakan sebanyak 14 kali (dua kali didalam perikop yang sedang kita bahas, ay 32 dan 34).

BAHAN DISKUSI
1. Apa perbedaan antara “tahu” tentang Yesus dan “mengenal” Yesus?
2. Bagaimana pengalaman saudara mengenal Yesus melalui peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari?
3. Siapakah yang menjadi pusat kesaksian saudara dalam kehidupan sehari-hari, pelayanan Yesus atau pelayanan saudara sendiri?
4. Pribadi Yesus seperti apakah yang saudara tekankan di dalam pemberitaan atau kesaksian saudara selama ini? (pembuat mujizat,penyembuh, pemberi berkat, Yesus Juruselamat, atau lainnya?)


5. Nyanyian Akhir:
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Pengampunan, Penghiburan, dan Kasih adalah Dasar Pemulihan Hubungan Antarmanusia


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN
Rabu, 13 Agustus 2008
Tema : PENGAMPUNAN, PENGHIBURAN, DAN KASIH ADALAH DASAR PEMULIHAN HUBUNGAN ANTARMANUSIA
Bacaan : II Korintus 2: 3-11
Tujuan : Peserta dapat mewujudkan pemulihan hubungan melalui pengampunan, penghiburan, dan kasih.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : II KORINTUS 2: 3 – 11.
4. PENGANTAR PA
Ada dua tujuan yang hendak diwujudkan oleh Rasul Paulus ketika menuliskan surat II Korintus 2:3-11. Pertama, ia ingin agar kesedihannya terhapus. Kedua, ia ingin membangun kembali hubungan dengan jemaat Korintus, yang rupanya terganggu.
Terganggunya hubungan Rasul Paulus dengan orang-orang Korintus itu karena kehadiran rasul-rasul palsu yang menghasut Jemaat Korintus serta menyesatkan jemaat (II Korintus 11:13). Rasul Paulus menyebutkan rusaknya hubungan antara dirinya dengan jemaat Korintus sebagai sebuah kedukaan besar. Disebut sebagai kedukaan karena rusaknya hubungan melahirkan kesedihan yang mendalam, apalagi hubungan itu telah dibangun dalam waktu yang cukup lama. Keinginan Paulus adalah mengganti kedukaan menjadi kesukacitaan bersama. Dan, Paulus tahu, kesukacitaan itu akan terwujud jika (dan hanya jika) sebuah hubungan yang rusak itu telah dipulihkan kembali.
Dalam menuliskan suratnya kepada Jemaat Korintus, perasaan Paulus dipenuhi oleh kecemasan dan kesesakan, bahkan dengan mencucurkan banyak air mata. Hal ini terjadi karena begitu besar cinta Paulus kepada orang-orang Korintus (ayat 4).
Kita bisa membayangkan situasi Rasul Paulus saat itu. Ia tidak ingin kehilangan hubungan yang telah dibangunnya bersama orang-orang Korintus. Seberapa hubungan antara orang-orang Korintus dengan Paulus, sehingga ia begitu bersedih atas rusaknya hubungan mereka?
Dalam I Korintus 4:15 dan 21, Rasul Paulus menunjukkan bahwa ia adalah bapa mereka dalam iman. Betapa sedih hatinya jika antara bapak dan anak tidak memiliki hubungan yang baik. Karena itulah, sebagai bapak, ia merangkul anaknya kembali untuk hidup bersama dalam iman dan kasih kepada Kristus.
Rupanya dalam jemaat Korintus ada seseorang yang menimbulkan kesedihan (ayat 5) dan hal itu rupanya menunjuk pada rasul palsu yang disebut Paulus dalam II Korintus 11:13. Rasul Paulus mengingatkan, sesungguhnya kesedihan yang dibuat oleh seseorang itu tidak hanya menyedihkan dirinya secara pribadi, tetapi juga orang – orang Korintus. Dari sini Paulus menghimbau untuk menegur orang itu supaya ia bertobat (ayat 6). Teguran itu dimaksudkan untuk mengajak orang yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar. Teguran adalah bentuk kepedulian. Dalam teguran terdapat didikan agar seseorang yang bersalah menemukan kesalahannya serta bertobat.
Bahkan, Paulus tidak hanya mengajak Jemaat Korintus dengan menegur saja. Melainkan, ia juga mewujudkan pengampunan kepada orang yang bersalah itu (ayat 7). Paulus sendiri sebenarnya telah dirugikan oleh orang yang bersalah itu, sebab Paulus telah difitnah olehnya. Tetapi, bagi Paulus pengampunan harus dinyatakan terlebih dahulu agar hubungan dipulihkan serta pihak yang bersalah beroleh penghiburan dalam Kristus.
Nasihat indah lainnya yang dinyatakan oleh Paulus kepada orang Korintus (selain menegur, mengampuni, dan menghibur orang yang bersalah) adalah mengasihi orang yang bersalah (ayat 8). Mengapa hal itu harus dikerjakan? Rasul Paulus menyebutkan sebagai sebuah ujian (ayat 10). Mengampuni dan mengasihi adalah bentuk nyata dari ibadah Kristen. Sebab, didalam pengampunan dan kasih terjadi pemulihan hubungan dan kemuliaan nama Tuhan. Sebaliknya, dalam kebencian dan pengucilan, iblis memanfaatkannya untuk memecahbelah jemaat.
Melalui pembelajaran ini, marilah kita membangun hubungan bersama yang dipenuhi pengampunan, penghiburan dan kasih. Supaya, dengan demikian, nama Tuhan benar-benar dimuliakan. Juga, marilah kita mengajarkan hal itu semua dalam keluarga, sekolah, jemaat serta di mana pun kita berada. Amin.
BAHAN DISKUSI
1. Apakah yang kita rasakan ketika dalam hidup bersama terjadi perbedaan pendapat dan konflik yang mengarah pada perpecahan?
2. Apa yang akan terjadi jika dalam hubungan tidak ada kesediaan saling mengampuni?
3. Apa sajakah upaya yang mesti dilakukan agar sikap hidup saling mengampuni bisa terwujud dalam kehidupan bersama?
4. Bagaimanakah saudara hendak menerapkan pembelajaran mengenai hidup saling mengampuni tersebut dalam mendidik anak-anak saudara sesehari?
5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP
CATATAN:
Diberitahukan kepada segenap warga bahwa pada hari Minggu, 17 Agustus 2008 sebelum Kebaktian Pkl. 07.00 WIB akan dilaksanakan prosesi peringatan HUT RI ke - 63

Harta dan Kebenaran


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 06 Agustus 2008

Tema : HARTA DAN KEBENARAN
Bacaan : Lukas 12:13-21 dan Matius 8:19-24
Tujuan : menyadari perlunya kejujuran dalam bekerja, serta cara mengatasi godaan dalam pekerjaan.

1. Nyanyian Pembukaan, KJ 401
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Lukas 12:13-21 dan Matius 6:19-24
4. Pengantar PA
Banyak orang pada jaman ini yang berpikir, dengan uang / harta segalanya bisa menjadi; akibatnya mereka lalu berusaha mengumpulkan uang atau materi sebanyak-banyaknya supaya dapat terbebas dari berbagai kesulitan hidup. Orang yang berpedoman demikian akan menempuh jalan apa saja dan menghalalkan segala cara asalkan tujuannya tercapai. Sungguh, inilah pemahaman yang keliru dan menyesatkan; dan akan menghasilkan kekecewaan dalam hidup manusia. Sebab ada tertulis; “Berjaga-jagalah terhadap ketamakan, sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya” (Lukas 12:15)
Orang kristen pun ternyata tidak luput dari pengaruh buruk harta; Kebenaran Firman Tuhan tidak lagi diperhatikan dalam kehidupannya, dan Roh Kudus yang semestinya menguasai kehidupan orang beriman, seringkali malah diganti dengan “roh materialisme” (yaitu; mendewakan materi/harta). Bahkan ada juga yang berani berdalih untuk membenarkan dirinya sendiri katanya:
- Ya … saya tahu, ditinjau dari Firman Tuhan, apa yang saya lakukan ini memang keliru, tapi apa boleh buat. Bukankah saya ini manusia berdosa yang masih hidup di dunia ini …?
- “Tuhan-kan mahakasih. Dia pasti akan mengampuni kesalahanku dalam mencari harta ini, hartaku kan demi pelayanan juga…”
- “saya sadar bahwa usaha saya ini suatu usaha yang tidak halal, ya, tapi apa boleh buat, Tuhan pasti tahu… saya kan terpaksa melakukannya, bukankah roh itu penurut tetapi tubuh itu lemah…?
- Dsb.
Pendek kata, ada banyak orang kristen yang pandai membenarkan diri sendiri dan bahkan berani menggunakan Firman Tuhan untuk menutupi ketamakannya.
Harta dan materi sebenarnya boleh saja dimiliki, untuk sarana pelayanan kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, tetapi yang pasti bukan semata-mata untuk kepuasan pribadi. Oleh sebab itu berhati-hatilah terhadap motivasi pemilikan harta kekayaan yang sering membelenggu hidup kita. Orang yang berhasil mengumpulkan materi/harta sebanyak-banyaknya, akan terbius oleh keindahan hartanya, dan ia menjadi orang kaya yang miskin di hadapan Allah. “Karena di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Matius 6: 21).
Dalam Alkitab perjanjian baru Tuhan Yesus kembali menegaskan bahwa dari ketamakan, seperti yang terdapat dalam Lukas 12:13-21. Adalah seorang yang mempunyai perkara yang menyangkut harta waris. Orang tersebut meminta pendapat kepada Tuhan Yesus karena merasa diperlakukan tidak adil oleh saudaranya karena tidak mendapatkan porsi warisan yang semestinya. Dia meminta Tuhan Yesus menegur saudaranya itu sekaligus memberitahukannya agar mau berbagi warisan dengannya.
Namun ternyata Tuhan Yesus merasa keberatan untuk menjadi hakim dalam kasus tersebut dengan alasan bahwa tidak dalam kapasitasNya Yesus mengadili para pihak yang bersengketa. Lagipula menurut Tuhan Yesus, obyek yang menjadi sengketa (dalam hal ini harta warisan) tidak menjadi penjamin hidup manusia.
Tuhan Yesus mengetahui bahwa orang yang berperkara itu dikuasai oleh roh “Ketamakan”. Ketamakan dalam bahasa Yunani memakai kata “Pleonexia” yang berarti penonjolan diri secara berlebihan dalam hal kepemilikan sesuatu dan cenderung serakah. Oleh karena itu Tuhan Yesus merasa perlu untuk mengingatkan orang-orang itu tentang bahaya ketamakan. Karena ketamakan itu cenderung untuk mendapatkan yang lebih atau berlebihan daripada yang sudah ia miliki. Kalau kepemilikan itu berupa harta kekayaan, maka Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa hidup itu tidak sepenuhnya tergantung oleh harta dan kekayaan saja.
Pada ayat ke 16 – 20 merupakan perumpamaan yang melukiskan bagaimana harta itu hanya bisa dinikmati ketika seseorang itu masih hidup. Ketika sudah mati harta itu dengan sendirinya tidak berarti lagi bagi diri pribadi.

BAHAN DISKUSI:
1. Mengapa Tuhan Yesus menolak melibatkan diri dalam perkara orang yang bersengketa mengenai warisan? Apakah dengan demikian Tuhan Yesus tidak peduli dengan perkara jasmaniah atau ketidakadilan? Jelaskan pendapat saudara!
2. Apakah yang dimaksud “Karena di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Matius 6: 21)? Jelaskan pengertian saudara!
3. Studi kasus: Sriwati telah 2 tahun bekerja sebagai karyawati di kantor pemerintah dengan gaji Rp. 900.000,- sebulan, sebagai petugas bagian pembelian alat-alat kantor. Melihat bekas teman-teman sekolahnya kini telah memiliki kendaraan bermotor serta rumah, maka dia bertekad agar bisa berdiri sejajar dengan mereka. Atas anjuran kenalannya yang telah “berpengalaman” di bidang kong-kalingkong, maka kini dia mencoba mempraktekkan metode “permainan kwitansi pembelian barang”. Caranya tersebut ternyata sangat rapi dan berhasil dengan memuaskan berkat “kerjasama” dan bantuan pemilik toko alat-alat tulis yang menjadi langganan tetap kantornya. Kepala bagian tahu akan hal ini, namun berjanji kepada Sriwati tidak akan membuka rahasianya, asalkan Sriwati mau “melayani all in” kebutuhan kepala bagian yang selalu kesepian itu. Demikianlah Sriwati, gadis muda itu bertumbuh menjadi orang kaya bergelimang harta. Bagaimana pendapat Saudara terhadap apa yang dilakukan Sriwati? Jika saudara jadi teman Sriwati apa yang akan saudara lakukan?

5. Nyanyian Akhir, KJ 388
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Janji Allah Sebagai Sumber Pengharapan


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 09 Juli 2008

Tema : JANJI ALLAH SEBAGAI SUMBER PENGHARAPAN
Bacaan : Ratapan 3: 18 – 26
Tujuan : Peserta memahami bahwa Allah – lah satu-satunya sumber pengharapan dan terpanggil untuk setia berharap hanya kepada janji Allah.

1. Nyanyian Pembukaan KJ. 401
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Ratapan 3: 18 - 26
4. Pengantar PA
Pengharapan sering kali tersembunyi ketika manusia masih tenggelam dalam kekecewaan atau kemarahan di tengah situasi yang buruk “Masih adakah harapan ditengah situasi seperti ini”? itulah pertanyaan yang sering muncul. Pertanyaan yang lebih konkret lagi, “Kepada siapa kami bisa berharap”? sederet nama orang kemudian muncul dipermukaan: orangtua, sahabat, teman, rekan kerja, pendeta, psikolog, anggota jemaat atau pemimpin masyarakat/bangsa. Orang-orang itu bisa memberi harapan namun mereka juga manusia yang mungkin memiliki pergumulan dan harapan yang mirip dengan diri kita sendiri. Satu-satunya sumber pengharapan adalah Allah dan Allah bisa berkarya melalui manusia lain disekitar kita.
Jika Allah yang menjadi sumber harapan, kita tidak akan kecewa terhadap seseorang yang sedang dipakai Allah menjadi saluran harapan bagi kita namun Ia toh punya kekurangan. Lalu bagaimana kita dapat menemukan Allah sebagai sumber pengharapan?, yaitu:
1. Kitab Ratapan adalah kumpulan syair yang bernada sedih karena saat itu orang-orang Israel dikalahkan oleh musuh dan dibuang di tanah Babel. Mereka kehilangan segala-galanya bukan hanya harta benda tetapi juga kemerdekaan sebagai suatu bangsa. Ratapan yang diyakini ditulis oleh Nabi Yeremia ini ternyata juga mengandung kepercayaan akan pertolongan Tuhan sehingga tetap ada harapan bagi masa depan bangsa yang sudah hancur itu.
2. Nabi yang mewakili seluruh umat Israel mengeluhkan kesengsaraan yang harus dialami seperti pil pahit berisi racun yang harus diminum. Kesengsaraan itu ternyata bukan hanya penderitaan fisik melainkan juga penderitaan batin. Jiwaku tertekan! Semacam trauma yaitu sakit di hati bila teringat suatu peristiwa masa lalu.
3. Apakah harapan sudah habis? Tidak mampukah sang Nabi melihat titik terang di tengah kegelapan bangsanya? Inilah yang membedakan Nabi dengan warga Israel yang lain. Ia mau belajar berharap. Usaha itu dimulai dengan keyakinan bahwa Allah itu baik dan setia. Kesetiaan Tuhan itu terbukti dengan terbitnya matahari setiap pagi. Sedangkan orang lain tetap saja tenggelam dalam keputusasaan sehingga tidak mampu lagi melihat terbitnya matahari sebagai tanda kesetiaan Tuhan. Peristiwa setiap pagi itu dianggap biasa dan tidak ada artinya.
4. Bagaimana cara menanti atau berharap kepada Tuhan dalam situasi yang buruk? Nabi menjawab, hanya dengan DIAM! Bila umat terus menerus mengeluh, protes dan berontak terhadap situasi dan bahkan menyalahkan Tuhan, tidak mungkin mereka dapat melihat harapan dan pertolongan yang akan datang. Dengan diam dan tenang, harapan masih ada karena Tuhan itu baik kepada orang yang mau menantikakn an mengharapkan pertolonganNya dengan rendah hati. Diam berarti mau menerima kenyataan dan bahkan mau mengadakan evaluasi diri, mengapa semuanya bisa terjadi.

BAHAN DISKUSI
1. Hal apa saja yang sering membuat seseorang terpuruk dalam keputusasaan? Mengapakah hal itu bisa terjadi?
2. Wajarkah bila kita mengeluh, protes dan menyalahkan situasi bila sedang mengalami hal yang buruk? Bolehkah menyalahkan Tuhan atas situasi yang telah terjadi?
3. Bagaimana kita dapat menemukan kembali harapan ketika situasi penderitaan yang kita alami berkepanjangan seperti yang dialami oleh orang Israel di tanah pembuangan? Kepada siapa kita lari dan mengharapkan pertolongan?
4. Apa artinya “berdiam diri dihadapan Tuhan” pada saat ini? Apakah itu berarti kita hanya harus berdoa?

5. Nyanyian Akhir KJ. 445
6. Doa Penutup

Mensyukuri Teladan Kristus Melalui Pelayanan


PEMAHAMAN ALKITAB IBU – IBU
Rabu, 25 Juni 2008
Tema : MENSYUKURI TELADAN KRISTUS MELALUI PELAYANAN
Bacaan : Yohanes 13: 4 – 17.
Nats : Yohanes 13 : 14 – 15 & Kolose 3 :23
Tujuan : 1. Menyadari bahwa teladan Kristus menjadikan tindakan – tindakan menjadi Pelayanan yang hidup.
2. Mengajak jemaat menanggalkan segala atribut yang disandangnya dalam melakukan pelayanan.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN KJ. 341: 1, 2
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB YOHANES 13 : 4 – 17.
4. PENGANTAR PA
Jemaat yang hidup dapat dilihat dari pelayanan yang dilakukan dalam kehidupan bersama. Pelayanan merupakan satu-satunya fungsi jemaat untuk mengembangkan atau menumbuhkan kedewasaan iman seseorang. Segala sesuatu yang dilakukan dalam tindakannya atau ibadahnya dan lain-lain adalah bentuk dari pelayanan. Dengan demikian pelayanan jemaat yang hidup tergantung dari seberapa jauh ia lakukan.
Menjadi orang kristen (notabene: orang kudus) berarti kita melayani di dalam ataupun di luar bersama-sama dengan anggota jemaat yang lain, meskipun kita dikaruniai talenta hidup yang berbeda, kita semua dipanggil untuk melayani. Di dalam melakukan pelayanan kita diajar dan diajak untuk tidak membedakan siapa dan apa status yang kita miliki.
Didalam Injil Yohanes 13 : 4 – 17, dengan jelas sekali merupakan teladan Kristus yang ditujukan kepada para murid kala itu, yang kemudian ditujukan kepada kita semua sebagai manusia tebusan (pilihan Allah) pada saat ini. Hal ini dikandung maksud atau diajarkan kepada kita agar didalam melakukan pelayanan kepada Allah melalui sesama dengan tidak memandang sebagai pekerjaan atau tindakan yang hina dalam melakukannya. Sebaliknya kita diharapkan dapat menjadi pelaku-pelaku pelayanan yang sempurna atau berkwalitas.
Jika kita mengacu pada kitab Yohanes 13 : 5, kita dapat melihat betapa hinanya tindakan yang dilakukan Tuhan Yesus, padahal kita tahu Dia yang adalah Guru dan Tuhan. Sadar atau tidak sadar kita sering merasa disepelekan atau dilecehkan oleh orang lain dan bahkan kita merasa sakit hati, ketika kita dimintai pertolongan untuk melakukan hal yang sifatnya tidak mendukung dengan posisi kita pada saat emergenci/mendesak. Melalui teladan dan tindakan Tuhan Yesus kita diajak dan diajar untuk dapat melepaskan segala atribut yang kita sandang atau kita miliki ketika kita melakukan pelayanan terhadap sesama.
Dipandang melalui kacamata iman/rohani, siapa keberadaan kita, apapun status kita, entah itu kaya (konglomerat) atau miskin (melarat) pegawai/karyawan atau pengangguran, pejabat atau penjaga/pesuruh, ibu rumah tangga dan sebagainya, dihadapan Allah kita semua sama. Sebaliknya jika dipandang melalui kacamata jasmani/dunia, jelas banyak sekali terlihat perbedaan-perbedaan yang akan menghambat pelayanan kita secara utuh, karena di sini lebih mengetengahkan egosentris kita. Dalam keluarga kristen pun dalam bergereja kita sering terjebak oleh hal-hal yang sifatnya duniawi, sehingga kita kehilangan kepedulian kita terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan kita.
Dalam ayat nats Alkitab kali ini :
Yang pertama Injil Yohanes 13 : 14 – 15 “jadi jikalau Aku membasuh kakimu ................ dst, ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita dapat melakukan pelayanan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya, yaitu melakukan pekerjaan yang dipandang hina oleh siapapun.
Yang kedua Kitab Kolose 3: 23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”, disini menegaskan kepada kita bahwa setiap tindakan pelayanan didasari dengan rasa kasih sehingga apapun tindakan kita mendatangkan suka cita dan ucapan syukur, bukan sebaliknya menjadikan sebagai beban dalam hidup kita.
Dari uraian di atas nyata apa arti kasih Kristus kepada kita, yaitu agar kita dapat bertumbuh dan berkembang kearah kedewasaan dalam iman, supaya kita dapat mengucap syukur kepada Allah dalam segala tindakan pelayanan kita. Dengan demikian kita dapat menjalin hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain di dalam Kristus, yang pada akhirnya kita dapat melakukan pelayanan tidak hanya kedalam (intern) saja tetapi dapat keluar (ekstern). Amin.

BAHAN DISKUSI
1. Memperhatikan Pengantar di atas, bagaimanakah gambaran saudara tentang pelayanan yang hidup?
2. Hal – hal apa saja yang ada dalam hidup kita yang sering menghambat pelayanan kita? Jelaskan!
3. Dengan mengacu pada teladan Yesus (Yohanes 13:5) bagaimanakah seharusnya kita bertindak sebagai orang yang mengenal Tuhan/beriman? Jelaskan!
4. Bagaimanakah cara kita dapat mengungkapkan rasa syukur kita atas teladan dan pelayanan Tuhan Yesus?

5. NYANYIAN AKHIR KJ. 309: 1,2
6. DOA PENUTUP
7. NYANYIAN AKHIR KJ. 352:1,3

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Yang Naik, Memberikan Karunia-Karunia Kehidupan


PEMAHAMAN ALKITAB IBU – IBU
Rabu, 30 April 2008

Tema : YANG NAIK, MEMBERIKAN KARUNIA – KARUNIA KEHIDUPAN
Bacaan : Efesus 4: 7 - 16.
Tujuan : Jemaat menyadari, bahwa Kristus yang naik membuat kegiatan- kegiatan menjadi pelayanan yang hidup.

1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB EFESUS 4: 7-16.
4. PENGANTAR PA
Seorang teolog bernama Barth pernah mengatakan bahwa pelayanan bukanlah salah satu fungsi dari jemaat yang hidup di dunia ini. Sebenarnya pelayanan itu sendiri adalah satu-satunya fungsi jemaat. Segala sesuatu yang jemaat lakukan, seperti pemberitaannya, kesaksiannya, pengajarannya, penggembalaannya ibadahnya dan masih banyak yang lain, semuanya itu adalah bentuk dari pelayanan. Jadi, suatu jemaat dapat dikatakan “hidup” tergantung dari seberapa jauh ia melakukan pelayanan.
Menjadi orang kristen (=orang kudus) dalam jemaat berarti ia melayani di dalam dan bersama-sama dengan anggota jemaat yang lain. Walaupun setiap anggota jemaat mempunyai karunia yang berbeda-beda, mereka semua dipanggil untuk melayani. Masing-masing ditempatkan dengan tugasnya sendiri-sendiri. Dalam melakukan tugasnya itu, tidak boleh ada anggota yang (sengaja atau tidak sengaja) dilupakan. Pelayanan jemaat bukanlah hak atau prerogratif dari satu atau dua orang saja, melainkan hak semua anggota jemaat. Semua anggota jemaat dipanggil untuk melayani. Pelayanan bukanlah milik majelis atau komisi saja, melainkan kewajiban dari semua anggota jemaat.
Efesus 4: 7-12 adalah kelanjutan tentang nasihat Rasul Paulus untuk menjaga, memelihara dan melindungi kesatuan jemaat (lihat ayat 1-6). Pembicaraan tentang kesatuan jemaat itu kemudian masih dilanjutkan dalam bacaan kita saat ini, khususnya yang terkait dalam bidang pelayanan. Dalam ayat 7 Rasul Paulus mengatakan bahwa dalam jemaat ada bermacam-macam kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anggota-anggota jemaat. Pemberian kasih karunia itu memang tidak sama, tetapi tiap-tiap jemaat jelas dianugerahi “menurut ukuran pemberian Kristus”. Ini berarti bahwa pemberian itu didasari atas kehendakNya dan tugas pelayanan itu kemudian dipercayakan kepada tiap-tiap anggota dalam rangka pembangunan tubuh Kristus (ayat 12).
Tentang pemberian Kristus itu, yaitu pemberian kasih karunia kepada anggota-anggota jemaat, menurut Paulus sebenarnya telah ada dalam kesaksian Kitab Suci. Kesaksian itu ia berikan dalam ayat 8 “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia nmembawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Kutipan dari Mazmur 68:19 ini sebenarnya merupakan nyanyian Israel yang menunjuk kepada karya Allah; setelah Allah berjuang untuk umatNya, Ia kembali ke bukit Sion atau Rasul Paulus ayat tersebut dikutip dan diterapkan kepada Kristus, yaitu sesudah Ia beroleh kemenangan didalam hidupNya di dunia. Ia kembali naik ke tempat kemuliaanNya, yaitu sorga.
Keanekaragaman pemberian dan tugas itu adalah suatu ciri utama jemaat. Hal itu erat hubungannya dengan pelayanan yang Kristus percayakan kepada jemaat. Pelayanan itu begitu luas dan begitu banyak macamnya, sehingga tidak dapat dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Itulah sebabnya Kristus memberikan kepada jemaat bermacam-macam pelayanan dengan bermacam-macam pemberian dan tugas. Para pelayan itu ialah rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar (lihat ayat 11 dan lebih banyak lagi dalam Roma 12 dan I Korintus 12). Antara pelayan-pelayan itu tidak ada perbedaan kualitatif. Mereka semua sama tinggi dalam kedudukannya di hadapan Kristus. Pelayanan mereka berdasarkan atas kasih karunia Allah atau dengan kata lain semuanya adalah “kharismata”. Dengan demikian, bentuk pelayanan yang satu tidak lebih mulia atau lebih penting daripada pelayanan yang lain. Semuanya sama penting, sedang yang berbeda hanyalah fungsi dan bidangnya.
Dalam ayat 13-16, Paulus melanjurtkan uraiannya di atas. Paulus dalam ayat-ayat ini menguraikan tentang perlengkapan anggota-anggota jemaat dan pembangunan tubuh Kristus, khususnya mengenai soal sampai dimanakah perlengkapan dan pembangunan itu dapat dikerjakan. Jawabannya ia berikan dalam ayat 13, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kata “kita semua” di sini, mendapat tekanan dan menjadi kata yang patut kita perhatikan. Pengertian tentang tubuh Kristus dan pembangunan tubuh Kristus secara jelas mencakup semua anggota jemaat. Karena itu tidak boleh ada diantaranya yang dilupakan. Mereka semua sebagai suatu persekutuan, harus saling memperlengkapi dan saling membangun mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu. Paulus menyebutkan beberapa tujuan itu, yang pertama adalah kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah. Kedua adalah kedewasaan penuh dan yang ketiga adalah tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Yang dimaksud kepenuhan Kristus disini adalah Karya Allah yang mencakup segala sesuatu dan yang memenuhi segala sesuatu, termasuk dalam jemaat. Pertumbuhan jemaat adalah pertumbuhan karya Allah, dan semakin subur jemaat hidup, semakin tampak karya Allah yang besar itu. Sungguhpun demikian, pembanunan jemaat itu bukanlah maksud atau tujuan akhir dari perlengkapan anggota-anggota jemaat. Pembangunan jemaat tidak berlangsung untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dunia (pengertian ayat 14)
Dari uraian itu nyata apa artinya Kasih Kristus dalam jemaat; yaitu yang membuat tubuh menjadi suatu keseluruhan; yang mengikat segala sendi tubuh dengan erat dan menghubungkan sendi-sendi itu menurut fungsinya masing-masing dan memberikan kekuatan kepada tiap-tiap sendi untuk memberikan pelayanannya kepada seluruh tubuh. Susunan yang kompleks dan yang harmonis dari tubuh, menjelaskan kepada kita bagaimana caranya kasih Kristus dalam segala bagiannya nyata mengerjakan pembangunan di dalam jemaatNya.


BAHAN DISKUSI
1. Memperhatikan Pengantar di atas, bagaimanakah gambaran Anda tentang jemaat yang hidup? Diskusikanlah!
2. Dalam ayat 8 dikatakan: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi , …. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Coba Anda sebutkan pemberian berupa apakah yang Anda terima bagi hidup Anda (tanpa talkut dianggap sombong)? Bagaimana Anda memfungsikan pemberian-pemberian itu untuk membangun jemaat Tuhan?
3. Memperhatikan alinea ke 2 dalam Pengantar di atas, adakah anggota jemaat yang “dilupakan” yang tinggal di kelompok/wilayah/blok dimana Anda tinggal? Apa tindakan Anda ketika mengetahui bahwa ada di antara mereka yang “dilupakan”?
4. Pembangunan jemaat bukan hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi juga untuk kepentingan dunia atau lingkungan di mana kita tinggal. Coba jelaskan pengertian tersebut!


5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Keluarga Yang Hidup


PEMAHAMAN ALKITAB IBU-IBU GKJ CILACAP
Rabu, 18 Juni 2008

Tema : KELUARGA YANG HIDUP
Bacaan : Ibrani 10 :19 - 25.

1. Nyanyian Pembukaan
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Ibrani 10 : 19 - 25.
4. Pengantar PA:

Dewasa ini banyak keluarga-keluarga yang mengalami persoalan keluarga yang akibat dari pengaruh-pengaruh kehidupan dunia sekuler (duniawi) yang sering mempengaruhi pola hidup mereka termasuk keluarga Kristen. Setangguh apapun keluarga dalam membentengi hal itu kalau tidak dilakukan secara berkesinambungan akan terasa sulit. Sebenarnya sudah banyak uraian-uraian tentang tips-tips dalam mempertahankan dan membina keluarga dari pengaruh kehidupan yang kurang baik dampaknya terhadap keluarga, namun itu secara umum berlaku dan sentuhan nilai-nilai religius sangat kering dan kurang terasa, sehingga setiap pembaca akan merasakan ada sesuatu yang kurang dari tiap tips tersebut.
Kadang kita berpikir telah puas kalau sudah pergi ke gereja pada hari Sabat/Minggu saja. Itu tidak cukup!!! Ingat itu tidak akan cukup!!! Tuhan Yesus Kristus yang kita sembah bukan Tuhan yang hadir dan kita sembah hanya pada hari Minggu saja, itu saja di gereja “mendengarkan firman sambil ngantuk”, yang mungkin paling lama dua jam. Padahal satu hari ada 24 jam dan kalau dihitung satu minggu berarti ada 168 jam dalam satu minggu. Itu berarti ada banyak sekali waktu luang yang kita buang secara percuma dan sia-sia, kalau mungkin kita gunakan barang kali hanya untuk kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu kita dituntut secara pribadi atau kelompok untuk tetap mewujudkan persekutuan pribadi dengan Tuhan kita. Justru kita banyak waktu luang tersebut dapat secara efektif kita gunakan untuk persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Perlu juga dikembangkan persekutuan-persekutuan keluarga agar keluarga-keluarga Kristen dapat kuat menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan yang semakin berat dari dunia sekuler ini. Kita hanya dapat membentengi itu semua dengan iman kita yang terbina sejak dini dari persekutuan-persekutuan keluarga yang dilaksanakan secara rutin dikeluarga Kristen ini. Pengaruh dunia sekuler memang kuat, sejalan dengan itu kita juga semakin menggiatkan persekutuan kita dengan Tuhan baik secara kelompok maupun pribadi.
Dari Firman Tuhan dalam surat Ibrani 10 : 19-25 menjelaskan kepada kita semua terkhusus dalam ayat 25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Dari gambaran firman tersebut bahwa setiap orang percaya dituntut untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan meninggalkan kegiatan gereja atau dalam firman dijelaskan dalam bahasa “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah kita, seperti kebiasaan beberapa orang … “ melalui persekutuan keluarga orang percaya dapat memulai merintis kegiatan tersebut dari masing-masing keluarga. Walaupun saya tahu untuk memulai itu sangat sulit namun kalau sudah berjalan secara rutin, kalau tidak melaksanakan akan terasa ada sesuatu yang kurang.
Oleh karena itu kepercayaan kita kepada Kristus dapat bertambah dalam persekutuan keluarga yang bermanfaat bagi keluarga itu sendiri didalam menghadapi dunia sekuler yang semakin nyata dan sulit dibendung, yang sedikit banyak berpengaruh dalam perkembangan anak bahkan gereja, sehebat apapun sulit untuk membendung pengaruh dunia yang semakin meracuni pola pikir orang-orang percaya yang segala sesuatu selalu diukur dengan uang. Kita jangan tersentak kaget ketika suatu saat mendapati anak kita yang manis dan penurut ternyata pengguna narkoba, atau sudah merasakan hidup bebas bahkan terkadang tanpa batas dan aturan dll.
Seberat apapun kita dapat menumbuhkan kesadaran pribadi atau kolektif untuk dapat memulai dan membangun jaringan-jaringan persekutuan keluarga yang aktif. Hanya dengan persekutuan keluarga yang hidup inilah diharapkan sebagai benteng terakhir sehingga iman kita menjadi matang dan berkembang yang akhirnya menghasilkan buah yang bagus, karena tidak cukup pembinaan-pembinaan iman hanya dengan ke gereja dan kadang PA, karena itu ternyata masih banyak waktu yang kita buang percuma dan banyak kegiatan yang sia-sia kita lakukan.
Dengan sungguh-sungguh setiap keluarga memperhatikan pertumbuhan iman anggota keluarganya dengan adanya persekutuan-persekutuan keluarga yang secara rutin dilaksanakan. Dari sini sebenarnya juga ditumbuhkembangkan komunitas, demokrasi dan solidaritas masing-masing anggota keluarga. Belajar saling m,enghargai pendapat pihak lain dan itu semua sebenarnya dapat dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu keluarga. Dengan adanya kebiasaan persekutuan di keluarga-keluarga Kristen dapat juga dipakai untuk pendidikan budi pekerti dan juga pengenalan akan Tuhan sejak dini, oleh karena itu sebenarnya tidak ada kata lain kecuali “kita muali sekarang”. Rencanakan dengan matang dengan mengambil hari dan waktu yang telah disepakati bersama sehingga masing-masing dapat memegang komitmennya hari dan waktu itu adalah waktu persekutuan doa keluarga, sehingga kegiatan dan acara saat itu dapat ditunda atau ditangguhkan dengan komitmen bahwa hari dan waktu itu adalah saat persekutuan doa keluarga.

BAHAN PERENUNGAN & PA
1. Apa dan bagaiman cara yang efektif untuk menanamkan nilai religius terhadap anak-anak kita?
2. Apa hambatan yang sering dihadapi oleh keluarga untuk memulai persekutuan doa di masing-masing keluarga?
3. Persoalan iman adalah persoalan gereja dan pendeta, setujukah pendapat tersebut, berikan alasannya sehingga dapat mendorong masing-masing peserta untuk dapat menyimpulkannya!

5. Nyanyian Penutup
6. Doa Penutup

*** Selamat Ber-PA ***

Mensyukur Berkat Tuhan Dalam Pergumulan


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 04 Juni 2008
Tema : MENSYUKURI BERKAT TUHAN DALAM PERGUMULAN
Bacaan : Markus 4: 35 – 41
1. Nyanyian Pembukaan KJ. 183
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Markus 4; 35 – 41.
4. Pengantar PA
“Rumput di halaman rumah tetangga tampak lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita”. Ungkapan yang pasti sudah sering kita dengar ini menunjukkan anggapan orang bahwa keadaan keluarga tetangga lebih baik dari keluarga sendiri. Anggapan ini bisa menyebabkan orang lalu mengasihi diri (keluarga) sendiri, tidak mensyukuri berkat-berkat Tuhan bagi keluarganya. Dan lebih parah kalau orang lalu merasa iri dengan keberhasilan dan kebahagiaan tetangga. Padahal tetangga juga berpendapat bahwa rumput di halaman rumah kita lebih hijau daripada rumput miliknya. Jadi orang itu Cuma “wong sinawang” (saling beranggapan saja). Lebih lanjut ketika kita melihat dari dekat, ternyata, di rumput tetangga itu ada (maaf) kotoran kucing, dan sebaliknya.
Dalam setiap keluarga pasti ada masalah. Benarlah ungkapan ini: “Tiap keluarga ada salibnya”.
Salib adalah lambang penderitaan. Tidak ada seorangpun yang mau menderita. Tapi begitulah kenyataannya dalam hidup berkeluarga. Salib selalu ada. Persoalan, masalah, pergumulan selalu hadir mewarnai kehidupan berkeluarga. Tak ada sebuah keluarga pun yang luput dari pergumulan hidup seperti masalah ekonomi, menderita sakit yang serius, anak-anak terlibat narkoba dan pergaulan yang tidak sehat, dan lain sebagainya.
Di satu pihak salib adalah lambang penderitaan, tetapi pada pihak lain salib adalah lambang kehadiran Kristus, berkatNya. Bukanlah karena salib Kristus kita diselamatkan? Jadi, ketika ada salib, ada pergumulan dalam keluarga kita, semestinya kita juga bersyukur sebab hal itu berarti di tengah pergumulan keluarga kita Tuhan hadir. Dan ketika Tuhan hadir, kita akan dapat melewati pergumulan-pergumulan itu sekaligus mengecap manisnya berkat-berkatNya yang tersembunyi di balik pergumulan yang kita alami.
Namun seringkali kita dalam menghadapi pergumulan hidup, kita menjadi orang yang kurang percaya dan penakut. Meskipun kita tahu Yesus ada bersama kita terkadang kebimbangan menyelimuti kita. Kita menjadi seperti para murid yang berada didalam perahu bersama Yesus tetapi merasa ketakutan dan menyangka Yesus tidak peduli pada keadaan kita.
Marilah kita syukuri apa yang ada pada kita. Segala sesuatu kita percayakan pada Tuhan yang akan menolong kita dalam menghadapi pergumulan hidup. Setiap pergumulan dan badai kehidupan takluk dibawah kuada Yesus. Oleh karena itu marilah dengan mantap kita syukuri apa yang ada dan terjadi dalam hidup kita.

BAHAN DISKUSI
1. Mengapa kita sering berpikir “Rumput di halaman tetangga lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita? Adakah kaitannya dengan kedewasaan iman?
2. Apa yang membuat seseorang begitu takut dan bimbang ketika mereka menghadapi pergumulan keluarga yang berat, meskipun mereka takut tahu bahwa Yesus bersama mereka?
3. Bagaimanakah kita sanggup mensyukuri apa yang ada pada kita? Dan bagaimanakah kita bisa melihat berkat Tuhan dalam pergumulan hidup?
5. Nyanyian Akhir KJ . 368
6. Doa Penutup
7. Nyanyian Penutup KJ. 36

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Pelayanan Kasih, Salah Satu Bentuk Ucapan Syukur


PEMAHAMAN ALKITAB IBU-IBU GKJ CILACAP
Rabu, 28 Mei 2008

Tema : PELAYANAN KASIH, SALAH SATU BENTUK UCAPAN SYUKUR.
Bacaan : II Korintus 9: 6-14.

1. Nyanyian Pembukaan KJ 403
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : II Korintus 9: 6-14
4. Pengantar PA:

Saudara-saudara, yang dikasih Tuhan Yesus, pernahkah saudara mengalami kesulitan/kesusahan? Jika pernah apa yang kita harapkan saat mengalami kesulitan atau kesusahan? Ya, ketika dalam keadaan susah kita membutuhkan pertolongan, kita akan senang jika ada orang yang datang dan membantu kita. Apalagi kalau yang membantu kita itu melakukannya dengan senang hati.
Bacaan Alkitab kita juga berisi tentang orang-orang yang membutuhkan bantuan, siapa mereka? Mereka adalah umat/jemaat Tuhan yang berada di kota Yerusalem. Ketika itu anggota-anggota jemaat di Yerusalem tengah menghadapi kesulitan pangan. Untuk itu jemaat-jemaat dari berbagai tempat termasuk di Korintus diminta mengulurkan bantuan. Anggota jemaat Yerusalem adalah saudara-saudara seiman dari jemaat Korintus sehingga jemaat Korintus wajib “membantu” mereka.
Rasul Paulus menganggap bantuan jemaat yang berupa pelayanan kasih ini adalah suatu ujian Tuhan. Lo pemberian kok dianggap ujian sih, maksudnya apa ya? Maksudnya jemaat diuji untuk tidak hanya memikirkan kebutuhan setempat/ sendiri tetapi juga ikut memikirkan saudara-saudara seiman ditempat lain. Dengan perbuatan itu mereka diminta membuktikan kedewasaan iman mereka. Sebab mereka adalah milik Allah, termasuk segala berkat yang ada pada mereka. Kasih karunia Allah yang berlimpah itu hendaknya menjadi “penggerak” untuk memberi dengan berlimpah-limpah. Kalau kita punya berkat kita harus mau berbagi dengan saudara yang membutuhkan di manapun mereka berada.
Walaupun Rasul Paulus sadar bahwa tidak seluruh anggota jemaat Korintus menyukainya namun ia tidak malu-malu meminta bantuan demi jemaat di Yerusalem. Ia sadar betul bahwa sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus, ia dan anggota-anggota jemaat di Yerusalem adalah satu keluarga (bersaudara dalam Kristus). Oleh sebab itu ia rela membela mereka. Ia yakin bahwa itu merupakan suatu kewajiban bersama sebagai anggota tubuh Kristus.
Selain itu pelayanan kasih juga merupakan salah satu bentuk ucapan syukur. Sebab orang yang telah mengenal Kristus tentu akan berusaha melakukan semua yang telah diajarkanNya. Dalam salah satu tema pengajaranNya, Yesus mengajar murid-muridNya untuk melayani mereka yang lapar, haus, tak punya rumah, dst. Dengan melayani mereka (saudara-saudaraKu yang paling hina ini), murid-murid telah melayani Tuhan juga (Matius 25: 40)
Di akhir perikop tampak ucapan syukur Rasul Paulus kepada Allah yang telah menggerakkan hati anggota-anggota Jemaat Korintus untuk mendengar seruan Rasul dan bahkan memberikan bantuan (di kemudian hari). Rasul Paulus sadar betapa pun Ia berupaya meminta kepada anggota jemaat Korintus, akhirnya kuasa Roh Kuduslah yang berkarya dalam hati anggota-anggota jemaat di sana, hingga mereka mau menanggung beban bersama-sama. Ia juga sadar bahwa berapapun besarnya bantuan jemaat, itu berasal dari Allah juga dan karenaNya ia mengembalikan ungkapan syukur kepada Allah. Kebaikan Allah sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan iman jemaat Korintus. Kiranya Roh Kudus akan selalu berkarya dalam hidup kita sehingga kita dimampukan untuk selalu berbagi dengan sesama. Bila kita tergolong orang yang sederhana, kita dapat memberi dari yang kita miliki. Atau bila kita tergolong orang yang berpunya, kita tidak hidup untuk diri sendiri tetapi menjadi berkat bagi sesama kita. Amin

BAHAN PERENUNGAN & PA
1. Menurut bacaan, apa yang terjadi pada jemaat di Yerusalem dan apa yang dilakukan oleh rasul Paulus sebagai bentuk kepedulian?
2. Apa hambatan yang sering dihadapi oleh keluarga untuk memulai memberikan perhatian bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan dan kekurangan?
3. Pelayanan kasih apakah yang tepat kita wujudkan untuk jemaat dan masyarakat di masa sekarang?

5. Nyanyian Penutup KJ 393
6. Doa Penutup

*** Selamat Ber-PA ***

Memahami Panggilan Untuk Membina Relasi Antar Manusia


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA GKJ CILACAP
Rabu, 16 April 2008

Bahan Alkitab: II Korintus 1: 3-14

Tujuan : 1. Jemaat memahami akan adanya panggilan untuk memulihkan relasi dengan sesama
2. Jemaat memahami bahwa kebangkitan Kristus menguatkan upaya perjuangan pemulihan relasi dalam kehidupan.


1. Nyanyian Pembukaan : KJ 183
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : II Korintus 1 : 3 - 14
4. Pengantar:

MEMPERJUANGKAN PEMULIHAN RELASI DALAM KEHIDUPAN

Perikop II Korintus 1: 3-14 sengaja diambil tidak sesuai dengan pembagian perikop Lembaga Alkitab Indonesia yang membatasi perikop dari ayat 3 sampai ayat 11 saja. Perikop yang saat ini kita cermati melampaui pembagian tersebut dan berakhir pada ayat 14. Tentu saja pembagian ini disesuaikan dengan topik Pemahaman Alkitab Kali ini yaitu” Memperjuangkan pemulihan relasi dalam kehidupan”
I. Perikop ini diawali dengan ucapan syukur Rasul Paulus atas kekuatan yang diberikan Allah kepadanya dalam pelbagai macam penderitaan. Ayat 3-5 sangat jelas mengungkapkan hal tersebut. Sering surat II Korintus ini dihubungkan dengan kunjungan rasul Paulus dalam kondisi dukacita. Betapa pada Surat yang pertama Rasul Paulus mengingatkan mereka dengan keras; yaitu peringatan terhadap tingkah laku yang tidak sesuai dengan keselamatan dari Kristus, juga peringatan akan adanya rasul-rasul lain yang mengajarkan ajaran berbeda. Peringatan keras tersebut agaknya menjadikan “renggangnya relasi” rasul Paulus dengan jemaat korintus. Tidak ada orang yang suka ditegur dengan direndahkan(I Kor 1:26-27), atau disapa dengan posisi seperti seorang kanak-kanak(I Kor 3:1 ; 4:21) atau bahkan dipojokkan (I Kor 11:16 ; 14:36). Sungguhpun niatan rasul Paulus adalah untuk mencambuk mereka dalam kasih dan semangat roh, agaknya hal tersebut tidak dapat diterima seluruhnya dengan iklas. Agaknya melalui surat yang kedua (ditulis sekitar 18 bulan setelah surat pertama) lebih banyak diwarnai oleh “keinginan pemulihan relasi” rasul Paulus dengan Jemaat Korintus. Rasul Paulus memulai dengan sharing atas ucap syukurnya kepada Allah yang telah menguatkan dia pada setiap penderitaan. Pada saat surat ini ditulis kondisi jemaat di kota Korintus semakin parah(perpecahan internal jemaat). Bagi rasul Paulus ini adalah penderitaan yang luar biasa. Bermula dari syukur atas kekuatan Allah dalam penderitaan, Rasul Paulus yakin bahwa dia dan para rasul yang lain akan dikuatkan untuk menghibur orang lain yang berada dalam bermacam-macam penderitaan(ayat 4) Bagi rasul Paulus turut mengambil bagian dari penderitaan Kristus, sesungguhnya mengambil bagian dalam penghiburan yang berlimpah-limpah(ayat 5)

II. Bagian kedua dalam pemulihan relasi ini adalah adanya kesadaran ikatan penderitaan antara apa yang dialami oleh rasul Paulus dengan jemaat kota korintus(ayat 6-8). Penderitaan rasul Paulus menjadi bagian penghiburan dan keselamatan jemaat Korintus. Adapun penghiburan yang dialami rasul Paulus adalah bagian penghiburan bagi jemaat. Dengan harapan jemaat mendapat kekuatan menjadi tabah(ayat6) Rasul Paulus juga menekankan ada kesehatian dalam menerita dan beroleh kekuatan dari Allah tersebut. Lebih dari itu pengakuan Rasul Paulus bahwa penderitaan yang dialami jemaat juga “turut mengambil bagian” dari kesengsaraan yang dialaminya, oleh karena itu ada harapan besar bahwa kehadiran penderitaan jemaat akan bermakna penghiburan bagi Rasul Paulus. Demikian pula sebaliknya(ayat 7)

III. Bagian Ketiga adalah Sharing rasul Paulus akan penderitaan yang dialaminya di Asia Kecil, yang apabila ditakar dalam ukuran manusiawi Rasul Paulus, seperti membawa dalam keputusasaan. Akan tetapi Kepercayaan bahwa “Kristus Yang bangkit” dan “membangkitkan orang mati” membawa Rasul Paulus pada perubahan orientasi (arah hidup) dari mengandalkan diri sendiri beralih pada mengandalkan Allah yang membangkitkan(ayat 8-10). Disamping itu Rasul Paulus juga menyadari kehadiran doa jemaat Kota Korintus juga mengambil peran dalam proses penguatan itu(ayat 11). Atas dasar pada keyakinan Kristus yang bangkit dan membangkitkan orang mati, sesungguhnya ada relasi satu penderitaan dan satu penghiburan. Kebangkitan Kristus bermakna(dalam konteks kerenggangan relasi rasul Paulus dan Jemaat) mengikatkan kembali mereka yang rusak relasinya dalam kesatuan hati.





IV. Bagian terakhir dari perikop kita kali ini adalah kesimpulan Rasul Paulus tentang hubungan/relasi antara dia dengan jemaat seharusnya dikuasai oleh kemurnian dari Allah bukan malah sebaliknya dikuasai oleh hikmat duniawi(ayat 12). Inilah yang dimegahkan oleh Rasul Paulus dan kemudian diajarkan kepada jemaat Korintus. Hadirnya surat yang kedua adalah hadirnya Rasul Paulus dalam kehidupan jemaat, ada harapam bahwa jemaat korintus memahami isi surat tersebut. Sehingga dengan demikian kehadiran surat tersebut menjadi bermakna bagi pulihnya hubungan/relasi Rasul paulus dengan jemaat.


5. Panduan Diskusi
1. Apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam upayanya untuk memulihkan relasi/hubungan dengan sesama?
2. Bagaimana Iman akan kebangkitan Kristus yang membangkitkan orang mati dipakai sebagai pendorong bagi perjuangan pemulihan relasi?
3. Ceritakan pengalaman saudara dalam kesempatan-kesempatan perjumpaan dengan sesama. Apakah saudara menggunakan kesempatan tersebut untuk memulihkan relasi kita dengan sesama?


6. Nyanyian Syukur KJ 376 (persembahan)

7. Doa Persembahan dan Penutup

8. Nyanyian Penutup KJ 346

Keluarga Kristen Sebagai Terang Dunia


BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA GKJ CILACAP
Rabu, 13 Pebruari 2008

Tema : KELUARGA KRISTEN SEBAGAI TERANG DUNIA
Bacaan : Efesus 5 : 1 - 21
Tujuan : Keluarga Kristen dapat menunjukkan cara hidup yang dapat menjadi terang dan teladan bagi pembangunan kehidupan jemaat dan masyarakat.

1. Nyanyian Pembukaan KJ 323
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab, Efesus 5 : 1 - 21
4. Pengantar PA

Setiap orang senang hidup dalam suasana terang. Dengan keadaan itu mereka bisa beraktifitas menyelesaikan pekerjaan maupun hobinya. Banyak orang tertolong dan dapat menikmati kehidupannya dengan hadirnya terang. Namun tidak semua orang mau untuk menjadi terang. Menjadi terang itu tidak mudah, butuh suatu pengorbanan untuk dapat menjadikan terang bagi sekelilingnya. Menjadi terang berarti mau memberikan sebagian atau bahkan seluruh hidupnya bagi pihak lain. Lilin harus membakar batang tubuhnya untuk dapat memberikan terang bagi sekelilingnya. Pelita harus mengalirkan dan membakar minyaknya untuk dapat tetap bertahan memberikan cahaya bagi sekelilingnya.
Efesus 5 : 1 – 21 adalah ajakan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus untuk mau menunjukkan diri sebagai jemaat yang menjadi terang bagi. Ajakan Rasul Paulus didasarkan pada sikap atau tindakkan yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Kristus Yesus telah menyerahkan diriNya sebagai persembahan yang harum bagi Allah untuk menyelamatlkan manusia dari dosa. Karena itu jemaat Efesus yang telah mendapatkan kasih karunia Allah tersebut diajak untuk menjadi penurut-penurut Allah dan hidup dalam kasih (ayat 1-2).
Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk memperhatikan cara hidup yang terjadi di sekeliling mereka. Masih banyak orang di sekeliling jemaat yang hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Kegelapan telah menguasai hidup mereka dan hal itu dapat dikenali melalui perkataan maupun perbuatan mereka sehari-hari. Banyak orang tidak mampu menggunakan mulutnya untuk mengatakan hal-hal yang baik. Dan bertambah lagi mereka tidak bisa mengusai dan mengendalikan hasrat dan keinginan yang serakah (ayat 3,4). Orang-orang yang demikian digolongkan oleh Rasul Paulus sebagai penyembah berhala, yaitu mereka yang membiarkan hidupnya dikuasai oleh kegelapan. Kerajaan Allah diperuntukkan bagi orang yang menyerahkan hidupnya bagi kemuliaan Allah melalui cara hidup mereka, karena itu bagi penyembah berhala atau penyuka kegelapan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah yang mulia. Jemaat Efesus diperingatkan untuk waspada di dalam pergaulan, agar mereka tidak tercemar oleh kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang mendatangkan murka Allah (ayat 5-7).
Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk mawas diri akan keberadaan mereka. Jemaat Efesus pada mulanya tidak berbeda dengan orang-orang yang hidup dalam kegelapan sebagaimana masih berlangsung di sekitar mereka. Namun keadaan telah berubah, sekarang jemaat tidak lagi hidup dalam kuasa kegelapan. Jemaat telah hidup sebagai terang di dalam Tuhan. Hal itu terjadi oleh karena karya Kristus Yesus yang telah memenangkan jemaat dari kuasa kegelapan. Konsekuensi dari karya Kristus, jemaat harus mau hidup sebagai anak-anak terang. Dimana di dalam terang tidak tersembunyi hal-hal yang biasa dilakukan orang dalam kegelapan, yaitu kejahatan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Jangan sampai jemaat yang sudah mendapat terang tersebut kembali lagi kepada perbuatan-perbuatan jahat dan penuh kegelapan (ayat 8-13).
Dengan status baru jemaat Efesus sebagai terang maka mereka harus menunjukkan suatu perubahan sikap. Mereka harus lebih berhati-hati dalam menunjukkan sikap hidup dan bertindak bijaksana dalam dalam hari-hari mereka. Hidup sebagai terang jemaat Efesus harus mau dan mampu menunjukkan kualitas hidup yang berbeda dengan orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Perkataan dan perbuatan mereka harus memancarkan kemualiaan Allah. Kata-kata yang keluar dari mulut mereka haruslah menunjukkan pujian bagi Allah dan penghargaan kepada sesama. Perbuatan mereka haruslah menunjukkan rasa syukur atas berkat Tuhan, sehingga terhindar dari sikap serakah (ayat 14-1.
Kita sebagai jemaat GKJ Cilacap baru saja memperingati hari jadi yang ke-79 tahun. kita mempunyai identitas sebagai gereja “Aku Iki Pepadhanging Jagad”. Sebagaimana nama yang kita sandang, kita diajak untuk mawas diri. Apakah selama ini kita sudah menunjukkan sikap yang menyatakan padhang bagi lingkungan dimana kita berada?

5. Panduan Diskusi
1. Rasul Paulus menggunakan istilah kegelapan dan terang. Menurut saudara apakah yang hendak dimaksudkan olehnya? Jelaskan dan berikan contohnya!
2. Dalam ayat 5, ada yang disebut sebagai penyembah berhala. Siapa dan bagaimanakah mereka disebut penyembah berhala? Dimasa ini bagaimanakah seseorang disebut sebagai penyembah berhala?
3. Apakah makna ayat 8 bagi kehidupan iman saudara?
4. Kita mempunyai identitas sebagai “Aku Iki Pepadhanging Jagad”. Menurut saudara bagaimanakah kita mewujudkan dalam kehidupan nyata?

6. Nyanyian Akhir 322
7. Doa Penutup

Kuasa Untuk Mengampuni


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 05 September 2007
Tema : “KUASA UNTUK MENGAMPUNI”
Bacaan : Kejadian 45:1-15; 50:15-21
1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : KEJADIAN 45: 1-15; 50: 15-21
4. PENGANTAR PA :
Sering kali kekerasan terjadi disebabkan oleh kemarahan, sakit hati dan balas dendam. Bahkan tidak jarang pembalasan itu lebih kejam daripada perbuatan jahat yang dibalaskan. Padahal kita tahu bahwa sikap saling membalas ini tidak akan pernah dapat menyelesaikan persoalan. Coba saja kita perhatikan cerita-cerita silat yang selalu berkisar pada dendam dan usaha membalaskan dendam; entah dendam orangtua atau gurunya. Pada umumnya cerita akan tamat setelah semua yang jahat mati. Namun, pengarang cerita dengan cerdik akan memulai serial yang baru dengan memunculkan anak atau murid dari salah satu tokoh penjahat yang mati. Dengan penuh dendam ia akan mencari pendekar yang membunuh ayah atau gurunya. Jadi, ceritanya tidak pernah tamat karena ada sikap saling membalas.
Sakit hati dan dendam hanya bisa diselesaikan melalui pengampunan. Tetapi justru hal itulah yang paling sulit untuk dilakukan oleh orang yang sedang sakit hati dan menyimpan dendam. Mudah menasihati orang untuk memaafkan; namun bila itu menyangkut diri sendiri, wah betapa sulitnya! Terkadang ada orang yang mau memaafkan setelah persoalan dijernihkan dan yang bersalah mengakui kesalahan atau minta maaf. Namun, ada lebih banyak persoalan yang tidak selesai; dan bila masing-masing pihak yang berselisih merasa benar, maka tidak akan ada permintaan maaf. Dan persoalan yang tidak selesai sering kali menjadi semacam “bom waktu” saja. Awalnya orang yang sakit hati itu tidak membalas kejahatan orang lain tersebut dengan seketika. Ia bersikap diam karena tahu akan akibat jangka panjangnya bila ia membalasnya. Tetapi bersikap diam saja ternyata bukan suatu penyelesaian. Dendam dan amarah yang disimpan itu bisa berakibat buruk bagi kesehatan fisik maupun jiwanya sendiri. Dan bukan tidak mungkin bahwa pada suatu saat ketika ia kehilangan kontrol diri, dendam itu bisa meledak dalam bentuk suatu pembalasan yang sangat kejam.
Dendam dan amarah adalah suatu kuasa yang bisa mengendalikan tindakan kita ke arah yang negatif. Karena itu kita membutuhkan kuasa lain yang dapat mengalahkan kuasa dendam dan amarah tersebut, yakni kuasa untuk mengampuni. Tetapi di manakah dan bagaimanakah caranya kita dapat memperoleh kuasa untuk mengampuni? Marilah kita belajar dari Kisah Yusuf yang mampu mengampuni kejahatan saudara-saudaranya.
Dalam kejadian 37 dikisahkan bahwa Yusuf adalah anak kesayangan ayahnya, Yakub. Dan Yusuf sering menceritakan kejahatan saudara-saudaranya. Hal ini menimbulkan rasa benci di hati saudara-saudaranya. Terlebih lagi ketika Yusuf menceritakan mimpinya yang mudah diartikan sebagai perlambang bahwa saudara-saudaranya, bahkan ayah-ibunya, akan menyembah dia. Kebencian itu menyebabkan saudara-saudaranya bertindak jahat. Yusuf hampir dibunuh di padang rumput, tetapi akhirnya ia dimasukkan ke dalam sumur yang kering lalu dijual kepada pedagang budak. Oleh pedagang budak itu, Yusuf dijual ke Mesir kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun.
Dalam kejadian 39 dikisahkan bahwa di rumah Potifar, Yusuf bekerja dengan baik dan diberkati Tuhan sehingga ia dipercaya oleh Potifar untuk mengatur rumah tangganya. Ketika istri Potifar ingin berbuat serong dengannya dan ia menolak ajakan itu, Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Tetapi sekali lagi, Tuhan memberkati pekerjaan Yusuf di dalam penjara sehingga ia dipercaya oleh Kepala penjara menjadi pengurus tahanan yang lain.
Akhirnya ketika Yusuf dapat mengartikan mimpi Firaun dan menyelamatkan negeri Mesir dari bencana kelaparan, ia dijadikan raja muda di mesir. Ketika itulah saudara-saudaranya datang untuk membeli makanan ke Mesir. Yusuf mengenali saudara-saudaranya ketika mereka datang, namun mereka tidak mengenalinya. Setelah Yusuf memperkenalkan diri dan mendapat kepastian bahwa ayahnya masih hidup dengan sehat, ia memberikan tanah Gosyen sebagai tempat tinggal mereka dalam pengungsian. Disanalah Yusuf memelihara ayah dan seluruh kelaurga saudara-saudaranya.
Sebenarnya pada saat itu Yusuf sudah mengampuni saudara-saudaranya. Ia bahkan membalas kejahatan saudara-saudaranya dengan kebaikan yang berlimpah-limpah. Namun, saudara-saudaranya yang telah menerima begitu banyak kebaikan hati Yusuf tidak percaya bahwa Yusuf telah dengan sepenuh hati mengampuni mereka. Mereka tetap pada keyakinan bahwa Yusuf masih menyimpan dendam. Mereka menduga bahwa segala kebaikan hati Yusuf itu hanyalah bermaksud untuk menjaga perasaan ayahnya yang sudah lanjut usia, supaya ia tidak sdih bila melihat anak-anaknya berseteru. Itulah sebabnya ketika ayah mereka meninggal dunia, saudara-saudara Yusuf merasa sangat ketakutan karena menyangka bahwa saat pembalasan telah tiba. Karena itu, mereka menyuruh seorang untuk menghadap Yusuf sambil membuat cerita seolah-olah ayahnya telah berpesan agar Yusuf mau mengampuni saudara-saudaranya. Kemudian saudara-saudaranya sendiri datang bersujud di depan Yusuf dan menyerahkan diri untuk dijadikan budak saja. Mungkin bagi mereka, masih jauh lebih baik dijadikan budak daripada menerima hukuman yang sangat berat. Atau setidaknya itulah hukuman yang setimpal bagi mereka mengingat kejahatan mereka ketika menjual adiknya sebagai budak.
Tetapi Yusuf berkata kepada mereka; “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” rupanya Yusuf sadar bahwa hak untuk menghukum atau membalas kejahatan orang adalah hak Allah semata (bnd. Ulangan 32:35; Rm. 12: 19). Dan ia tidak mau menempatkan diri sebagai pengganti Allah untuk menjatuhkan hukuman.
Dalam ayat 20 ia mengatakan:”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar“. Jadi, Yusuf tidak melupakan kejahatan saudara-saudaranya, tetapi ia melihat dengan jelas dalam perjalanan hidupnya bahwa campur tangan Allah yang telah memanfaatkan kejahatan saudara-saudaranya tersebut untuk mendatangkan kebaikan.
Selanjutnya ia menghibur saudara-saudaranya dengan tetap menjamin kebutuhan hidup mereka dan anak-anak mereka. Dari sikap Yusuf ini kita melihat ada suatu kuasa yang luar biasa pada diri Yusuf sehingga ia sanggup mengampuni kejahatan saudara-saudaranya bahkan membalas kejahatan itu dengan kebaikan (bnd. Roma 12: 20-21)

BAHAN DISKUSI
1. Menurut Saudara, apa arti atau hakikat “mengampuni” itu?
2. Ketika kita mengalami kejahatan atau perlakuan tidak adil, hal apa yang menjadi penghalang utama bagi kita untuk bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
3. Setelah saudara-saudara Yusuf menerima kebaikan hatinya mengapa mereka tetap tidak percaya bahwa Yusuf sudah mengampuni mereka dan bahwa kebaikannya itu adalah tulus?
4. Bagaimanakah Yusuf memandang atau menempatkan dirinya sendiri di hadapan Tuhan dan sesamanya?
5. Jadi, apa yang menyebabkan Yusuf mampu mengampuni saudara-saudaranya, jauh sebelum mereka datang meminta pengampunan kepadanya?

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Risiko di Dalam Kristus


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 06 September 2006


Tema : RESIKO DI DALAM KRISTUS.
Bacaan : 2 Korintus 4: 7-12

1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : 2 KORINTUS 4: 7-12
4. PENGANTAR PA

Dalam bagian ini Paulus berbicara tentang perjumpaan antara kelemahan dan kerapuhan manusia dengan kemuliaan Allah. Uraian ini diutarakan dalam suatu rangkaian ungkapan yang nampaknya saling bertentangan untuk memperlihatkan dengan lebih jelas “kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah” dengan kelemahan dan kerapuhan orang-orang percaya. Ia tak ubahnya seperti bejana tanah liat. Paulus sendiri telah mengalami berbagai macam penderitaan, disesah, dipukul, didera, dilempari dengan batu, ia mengalami berbagai bencana di lautan, kapal yang ditumpanginya karam, terkatung-katung dilaut lepas; dengan pengembaraannya ia sering diserang penyamun, demikian pula bahaya-bahaya yang menghadang dimana-mana, baik dikota, dipadang gurun ataupun di laut. Ia mengalami lapar dan dahaga, kedinginan tanpa pakaian dan sebagainya (2 Korintus 11: 24-27). Kita menemukan daftar pergumulan Paulus yang sangat mengesankan, ditambah lagi keprihatinannya yang dalam terhadap kesejahteraan jemaat-jemaat yang telah ia bangun. Di dalam pengalaman inilah telah dialami bahwa kekuatan Allah jualah yang mengatasi segala ketidakberdayaan kita. Dalam ayat 8-9 diutarakan serentetan ungkapan berlawanan yang kita katakan di atas. Dalam seluruh pengutaraan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda digunakannya kekerasan untuk melawan ketidakadilan ataupun perlakuan sewenang-wenang dan tindak kekerasan atas dirinya.
Ada banyak ragam tekanan dan penindasan dalam hidup ini, namun orang beriman itu tidak harus tersudut sedemikian rupa sehingga mengalami frustasi atau kepanikan. Jalan ketaatan tidak pernah menemukan jalan tersumbat; dijalan pelayanan kristiani tidak pernah ada jalan buntu. Adalah ciri dasar kehidupan kristiani bahwa dalam keadaan bagaimanapun, akan selalu ditemui ruang gerak. Betapapun sempitnya keadaan, ia tidak perlu merasa diri terkurung atau terpenjara, seolah-olah tidak mampu bergerak lagi. Betapapun sangat sulitnya keadaan atau sudah sedemikian rupa terdesak dalam lingkungan kehidupan yang sangat menyekap, namun akan selalu ada jalan keluar, karena harta kehidupan yang ada padanya itu akan menemukan ruang bebas kepada Allah.
Ada saatnya dalam hidup ini kita tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan; kita benar-benar habis akal. Apakah itu menyangkut soal-soal kehidupan nyata, ataupun yang menyangkut masalah-masalah rohani. Namun dalam keadaan demikian, walaupun habis akal, ia tidak perlu putus asa. Ia selalu memiliki pengharapan. Karena juga dikatakan: tanpa pengharapan sama artinya tanpa Allah (bnd. Efesus 2:12). Adakalanya seseorang tidak mampu lagi melihat dengan jelas kemana arah hidup ini, namun ia tidak usah menyangsikan bahwa bagaimanapun juga hidup itu pasti menuju arah yang benar. Ada kalanya orang percaya itu harus belajar melalui cara yang sangat pahit dan pedih. Seperti Kristus sendiri harus belajar melalui Getsemani; kita harus belajar menerima hal yang tidak bisa kita pahami melalui nalar kita. Yang pasti bahwa orang percaya itu tidak pernah akan kehilangan pengharapan karena ia memiliki pengetahuan tentang kemuliaan Allah, yaitu harta kehidupan itu.
Penganiayaan karena iman seseorang, biasanya melibatkan tindak pengucilan sosial. Pengucilan seperti itu pada umumnya mengandung rasa kesepian yang luar biasa dan sangat perih. Sang Rasul mengalami rasa sepi yang nyeri itu namun ia tidak merasa ditinggalkan; ia tidak pernah mengalami kesendirian, karena ia selalu menyadari kehadiran penyertaan Sang Kristus. Ketika ia menghadapi pengadilan terhadap dirinya, tidak seorang pun yang menemani dia, “tetapi” tulisnya: “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku” (2 Timotius 4:17).





Ciri luar biasa dari orang percaya bukanlah bahwa ia tidak pernah terjatuh tetapi bahwa setiap kali ia terjatuh, ia bisa bangun kembali. Bukannya bahwa ia tidak pernah terpukul atau tertumbangkan, tetapi bahwa ia tidak pernah dapat dihancurkan. Ungkapan ini tidak hanya berarti hantam-hantaman jasmani tetapi juga pukul-pukulan rohani. Betapa hati sang rasul amat tersayat pedih dan batinnya terpukul karena ketidaksetiaan jemaat Korintus. Pengalaman seperti itu bisa saja menguras habis energi dan semangat seseorang. Bisa terjadi bahwa kesedihan yang sangat dalam akan melenyapkan semangat hidup seseorang. Imanlah yang menjadi rahasia kekuatan alam hidup kita. Imanlah yang membuka kemungkinan bagi kita untuk tetap berhubungan dengan sumber ilahi yang tidak pernah kering itu. Karena harta kehidupan yang maha agung itu ada dalam diri kita, maka:
 Kita tidak usah berpaling ke belakang melainkan maju terus;
 Kita tidak meragukan bahwa awan hitam dan gelap itu pasti akan buyar;
 Kita tidak akan mau bermimpi bahwa kejahatan itu memiliki kata terakhir;
 Kita tidak usah gentar bila terjatuh karena pasti bangun kembali untuk terus berjuang dengan lebih baik.
Bila seseorang hendak menghayati hidup didalam Kristus, ia juga harus berani mengambil resiko yang sudah diambil oleh Sang Kristus sendiri. Bila seseorang ingin hidup bersama Kristus ia harus siap berjalan bersama Kristus di jalan yang penuh kesetiaan dan kasih.
Paulus menghadapi segala sesuatu sambil mengingat kuasa Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian. Ia percaya dan merasa pasti bahwa ia selalu dapat menimba kekuatan baru yang berlimpah bagi kehidupan ini, yang jauh lebih ampuh, jauh lebih unggul dari kekuatan maut.
Ia menanggung semuanya dan segala sesuatu dalam keyakinan bahwa melalui penderitaan dan segala cobaan itu, orang lain akan dibimbing menuju terang kasih Kristus. Sang rasul telah mampu melewati segala sesutau yang telah menimpa hidupnya, karena kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah menyertai dan mendukungnya. Dengan keyakinan yang demikian teguh ia mampu menghadapi apa saja dalam perjuangan hidup ini.
Harta yang tak ternilai kemuliaannya yang diutarakan rasul dalam ayat awal bacaan tadi, tidak lain dari Yesus Kristus sebagai Tuhan. Atau dengan ungkapan lain yang juga adalah rumusan sang rasul sendiri: “terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Korintus 4: 5-6).

BAHAN DISKUSI
1. Bagaimana Anda melihat kehidupan keluarga kristiani dan gereja-gereja di Indonesia yang saat ini sering menghadapi pergumulan dalam hidup dan imannya?
2. Petunjuk-petunjuk apakah yang dapat Anda ambil dari bacaan yang memperkuat keyakinan kita untuk hidup dalam damai ditengah-tengah budaya kekerasan yang kian marak di Indonesia sekarang?
3. Menghadapi keprihatinan dan pengharapan gereja dan bangsa di awal abad ke-21 ini, bagaimana kita dapat mengembangkan ketahanan iman dan cara hidup yang menjauhi bentuk-bentuk pembalasan dan kekerasan?

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

” Selamat ber-PA, Tuhan memberkati ”

Karya Roh Kudus Dalam Kehidupan Manusia


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 07 Mei 2008


Tema : ROH KUDUS BERKARYA MENYELAMATKAN, MANUSIA DIPAKAINYA, MEMBANGUN HUBUNGAN ADALAH BUAHNYA.
Bacaan : II Tesalonika 2 : 13 – 17.

1. Nyanyian Pembukaan; KJ 240a
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : II Tesalonika 2 : 13 – 17.
4. Pengantar PA

Siapa yang berkarya? Kita atau Allah? Itulah pertanyaan yang sering muncul dalam percakapan iman jemaat. Pertanyaan ini sering memunculkan ketegangan dalam Pemahaman Alkitab jemaat Tuhan. Masalahnya adalah ada golongan jemaat yang menekankan semua adalah Karya Allah melalui Roh Kudus, sementara manusia hanyalah alat yang sebagaimana wayang kulit, tinggal melaksanakannya saja, yang dikehendaki sang dalang. Dipihak lain ada yang berpendapat bahwa harkat dan martabat manusia dihadapan Allah begitu berharga sehingga manusia diberi wewenang untuk melakukan tugas-tugasnya secara mandiri.
LAI (lembaga Alkitab Indonesia) memberi judul pada perikop 2 Tesalonika 2: 13-17 dengan pilihan kalimat “dipilih untuk diselamatkan”. Memang kesan pertama dari judul ini adalah pembenaran atas pendapat “Allah Aktif” dan manusia “Pasif”, artinya golongan yang menekankan bahwa semua mutlak karya Roh Kudus dapat dibenarkan. Akan tetapi apabila kita melihat lebih teliti bagaimana perikop ini bercerita tentang “dipilih untuk diselamatkan” maka akan jelas tergambar bagaimana ada beberapa yang sedang diceritakan:
1. Dipilih untuk diselamatkan (ayat 13-14); bahwa pemilihan itu adalah dari mulanya melalui Roh Kudus.
2. Peran manusia dalam karya tersebut (ayat 13 bagian akhir) “.... dan dalam kebenaran yang kamu percayai” menunjukkan bagiamana manusia dipakai dalam proses pilihan itu yaitu: mempercayai kebenaran yang diberikan.
3. Konsekuensi yang harus dilakukan manusia yaitu teguh pada ajaran-ajaran yang diberikan (ayat 15)
4. Jaminan penguatan dan penghiburan justru ada pada pekerjaan dan perkataan baik (ayat 17) artinya ada berhubungan antara karya penghiburan serta penguatan Allah dalam tindakan baik dan perkataan baik manusia.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa sebenarnya tidak perlu susah-susah bersitegang peran Allah Roh Kudus dan Peran Manusia. Karena Roh Kudus secara total berkarya dalam tindakan manusia, sementara manusia juga total dipakai Allah untuk melaksanakan karyanya tersebut. Dalam kenyataan, kita melihat bagaimana manusia dipakai oleh Allah dengan mnggunakan bahasanya, kepintarannya, budayanya atau apapun yang dipunyainya. Akan tetapi dalam keberhasilannya pastilah tidak dapat diklaim oleh manusia sebagai “prestasi mandirinya” karena sekecil apapun dalam hati yang terdalam terbersit rasa heran “kok aku bisa ya?”. Ini adalah permulaan pengakuan bahwa ada karya kuasa Roh Allah yang mendampingi sehingga berhasil.






Melalui pemahaman sepenuhnya Karya Roh Kudus yang juga total memakai manusia inilah kita diajak untuk menghayati karya keselamatan yang memulihkan martabat manusia. Martabat manusia dipulihkan oleh Allah, dan oleh karena itu diperbolehkan untuk turut berkarya dalam pemulihan martabat manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial sebenarnya manusia tidak dapat lari dari keharusan membangun hubungan dengan orang lain, karena pada dirinya tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa hubungan dengan yang lain. Manusia tidak cukup hidup hanya dengan makan dan minum saja, tetapi juga membutuhkan hubungan yang menghangatkan hidupnya. Pokok yang sering muncul sebagai sumber kegagalan dalam membangun hubungan adalah penerimaan kita terhadap orang lain. Betapa sulitnya menempatkan orang lain sebagai yang “lebih dari kita” atau minimal “sama dengan kita”. Padahal salah satu syarat membangun hubungan yang sehat adalah dengan menerima satu dengan yang lainnya, saling menghargai dan saling menerima kekurangan serta keunggulan yang lain.
Hubungan antar manusia dengan manusia lain, apapun yang terjadi akan melibatkan “kepentingan pribadi” dalam artian orang sering berpikir terlebih dahulu sebelum membangun hubungan dengan menilai apakah hubungan tersebut membahayakan dirinya atau sebaliknya menguntungkan dirinya. Ketika hubungan yang dibangun menguntungkan, pastilah dia dengan cepat menangkap peluang tersebut untuk membangun hubungan yang lebih kuat. Akan tetapi ketika hubungan yang akan dibangun tersebut berakibat pada pengorbanan yang akan dialaminya, pasti dia akan segera lari dari bangunan hubungan tersebut. “Buat apa melanjutkan hubungan .. toh ujung-ujungnya aku yang harus mengalah..” demikian pikir kita.
Dipilih untuk diselamatkan dalam perikop ini membawa kita pada keberanian untuk masuk dalam keselamatan Allah karena karya Roh Kudus. Buah dari hal tersebut adalah menguatkan hati dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. Dan hal tersebut hanya dapat dibuktikan ketika kita menjalin hubungan dengan orang lain dengan tanpa memperhitungkan apakah menguntungkan dan merugikan kita. Kita behubungan dengan saudara-saudara kita dengan penerimaan yang tulus; menghargai mereka dan menerima mereka apa adanya. Ketika kita dipanggil untuk selamat dan dipulihkan martabat kita, maka tahap berikutnya adalah kita dipakai untuk turut serta memulihkan martabat yang lain.


BAHAN DISKUSI
1. “Dipilih untuk diselamatkan”, jelaskan peran Allah dan manusia dalam pernyataan tersebut!
2. Mengapa Allah memilih kita untuk diselamatkan? Dan apa makna bahwa Allah melibatkan kita dalam karya penyelamatanNya?
3. Bagaimana sikap kita ketika menyadari bahwa kita dipakai Allah dalam karya pemulihan hubungan dan penyelamatan Allah?


5. Nyanyian Akhir, KJ 429
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Hidup Menjadi Teladan, Bukan Memberi Teladan


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 16 Mei 2007
Tema : HIDUP MENJADI TELADAN, BUKAN MEMBERI TELADAN.
Bacaan : 2 Samuel 11: 1-27
Tujuan : Agar para orangtua atau orang yang dituakan sebagai pemimpin mampu menjadi teladan.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN,
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : 2 SAMUEL 11:1-27.
4. PENGANTAR PA
Memberi teladan jauh lebih mudah di banding menjadi teladan. Memberi teladan dapat menunjukkan orang lain untuk di contoh, di ikuti gaya hidupnya. Namun menjadi teladan berarti diri sendirilah yang harus baik pantas diteladani. Kebanyakan orang tidak berani menunjuk dirinya sendiri untuk menjadi teladan. Mungkin dikarenakan takut dikatakan sombong, sok baik, atau bisa jadi karena kesadaran dirinya tidak sempurna sehingga tidak layak menjadi teladan.
Terlepas dari
BAHAN DISKUSI
1. Siapa saja yang dapat digolongkan sebagai orang-orang tersingkir di masa sekarang ini?
2. Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang tersingkir tersebut? Mengapa demikian?
3. Menurut Saudara, apakah pelayanan yang dilakukan oleh Saudara dan gereja Saudara selama ini telah menjangkau dan berpihak kepada orang-orang yang tersingkir?
4. Bagaimana agar kita dan gereja dapat melakukan pelayanan yang mengangkat dan memulihkan martabat manusia? Berikan contoh bentuk-bentuk pelayanan yang demikian?

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

Harta Dunia Akan Lenyap


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 22 Nopember 2006

Tema : HARTA DUNIA AKAN LENYAP
Bacaan : I Korintus 7: 17-31

1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : I KORINTUS 7: 17-31.
4. PENGANTAR PA

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ungkapan “sirah kanggo sikil, sikil kanggo sirah”. Ungkapan ini untuk menggambarkan seseorang yang selalu bekerja keras, apapun dikerjakanPerkembangan dalam teknologi komunikasi luar biasa pesatnya disamping perkembangan media-media yang lain seperti media Surat Kabar yang semakin hari semakin banyak pilihan untuk dinikmati. Walaupun seiring dengan itu muncul dampak-dampak dari perkembangan teknologi tersebut baik itu teknologi komunikasi maupun perkembangan media Surat Kabar serta media-media yang lainnya. Dampak dari perkembangan itu semua mau tidak mau juga berkibas pada gereja dan juga keluarga Kristen dan itu semua sulit untuk dihindari. Menurut pengamat perkomunikasian bahwa Radio membutuhkan 100 tahun untuk bisa terkenal seperti saat ini, sedangkan Televisi membutuhkan 50 tahun untuk dapat terkenal seperti saat ini, sedangkan internet membutuhkan 10 tahun untuk dapat mencapai puncak kejayaannya.
Perkembangan terakhir ini telah muncul dan beredar Ponsel sebagai Video Phone yang dapat mengirimkan data dan gambar pada saat kejadian tanpa terbeban seperti alat yang biasa digunakan Reporter saat ini. Video Phone ini lebih praktis dalam penggunaannya bahkan dimasukkan dalam saku tidak mengganggu aktifitas, pendek kata lebih praktis dalam segala hal. Menurut Roy Suryo seorang pakar telekomunikasi mengatakan “kamera ponsel dapat digunakan umpamanya oleh petugas bank menafsir nilai sebuah rumah. Ia bisa memotret rumah dari segala sudut dan langsung mengirimkan kepada atasannya untuk meminta pendapat. Atau yang lebih sederhana, pengguna bisa memotret mobil, sepatu atau produk apa saja yang ingin dibelinya. Kemudian dikirim ke suami atau istri untuk meminta persetujuan (Tempo, Juni 2003). Begitu majunya perkembangan teknologi yang telah dibuat oleh manusia dan dari itu semua manusia telah dimanja oleh teknologi dan memang sangat bermanfaat bagi manusia. Siapapun tidak dapat menghindari perkembangan jaman ini termasuk gereja dan keluarga Kristen juga akan berhadapan dengan perkembangan jaman yang begitu cepat, dan setiap harinya perkembangan itu selalu berubah dalam hanya hitungan detik.
Komunikasi menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Memang dengan adanya perkembangan multimedia ini keinginan akan informasi selalu dapat terpuaskan. Namun juga sejalan dengan itu juga jangan sampai manfaat perkembangan multimedia itu disalahgunakan. Memang penemuan apapun selalu ada dampaknya yang baik maupun yang kurang baik bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu yang penting bagi manusia memanfaatkan dengan baik untuk kebaikan manusia. Saat ini jarak sejauh apapun dalam hal untuk memperoleh informasi tidak menjadi persoalan dan semua itu hanya dapat diterima dan dikirim kembali hanya dalam hitungan detik. Pesan/berita/kabar apapun sudah dapat diterima dengan cepat dan tepat.
Memang dilematis kalau menolak berarti ketinggalan informasi dan saat ini pada hal informasi sangat penting dan mahal harganya. Orang tidak keberatan mengeluarkan uang berapapun asal informasi itu dapat cepat dan tepat diterima, uang tidak masalah. Kalau kita menerima teknologi dampaknya terhadap perkembangan anak dan keluarga juga terasa. Anak jaman sekarang tanpa teman bisa bermain sepuasnya dengan play station. Remaja dengan mudah dapat melihat jenis film apa saja termasuk film dewasa kalau mau datang di kaki lima pasti dapat. hP yang mestinya untuk komunikasi supaya dipermudah dapat dipakai untuk “ kencan “ dll. Banyak sekali penemuan yang bermanfaat itu disalahgunakan oleh manusia yang kurang bertanggungjawab.
Oleh karena itu semua dapat dicegah hanya dengan nilai religius yang harus diberikan kepada anak sebagai benteng terakhir dari pengaruh tersebut. Misalkan kita dapat melihat kembali dari firman Tuhan dalam Amsal 4: 1-2, yang mana itu mengingatkan kepada setiap anak untuk selalu ingat didikan dari orang tuanya. Dengan memperhatikan nasehat orang tua seorang anak akan mendapat hikmat dan pengetahuan yang baik sehingga anak tidak akan mencoba untuk menyalahgunakan pengetahuan dan perkembangan teknologi karena ada control yang kuat yaitu firman Tuhan sendiri. Apapun kalau dituntun oleh firman Tuhan akan dapat menggunakan dengan penuh tanggungjawab dan itu membuat orang tersebut justru semakin kagum kepada Tuhan sebagai pencipta dan penguasa alam raya ini. Dari sinilah teknologi itu dapat dikontrol sehingga bukan manusia yang dikuasai teknologi namun manusia sebagai penguasa dan pencipta teknologi yang ada ini.
Dalam ayat 2 memberikan pengertian bahwa ilmu yang ada dan kepandaian yang dimiliki oleh manusia itu dari Tuhan sendiri, oleh karena itu manusia dalam mencipta dan berkarya tetap harus ingat kepada Tuhan yang telah memberikan kepandaian. Tuntunan Tuhan jangan sampai ditinggalkan sehingga penemuan dalam teknologi apapun akan mendatangkan manfaat bagi manusia. Kalau semua itu dapat kita ingat dan mengekang diri tentu banyak penemuan yang akan dapat bermanfaat bagi gereja dan keluarga. Dasarilah setiap usaha itu dengan ingat akan Tuhan sebagai yang berkuasa atas langit dan bumi sehingga manusia tidak akan sombong.

BAHAN DISKUSI
1. Adakah pengaruh media elektronik (TV) bagi anak-anak, beri gambaran dari segi positif dan negatifnya.
2. Bagaimanakah sikap kita atau gereja sebaiknya, dalam menyikapi perkembangan teknologi itu, apakah banyak manfaatnya daripada tidak bermanfaat ?
3. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga agar keluarga/gereja tidak terpengaruh yang negative dari perkembangan teknologi ?
4. Coba uraikan dan jelaskan reaksi apa saat anak diberi nasihat dari orang tua, dengan melihat Amsal 4:1 dari bahan kita ?


5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

"Sengsara-Nya Memulihkan Hidupku"


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 14 Maret 2007
Tema : “SENGSARA-NYA MEMULIHKAN HIDUPKU”
Bacaan : Lukas 22 : 39 – 46
Tujuan : Peserta PA dapat mengungkapkan kesaksian imannya bahwa kesengsaraan yang dipilih oleh Kristus membawa pemulihan bagi pergumulan hidupnya ketika diwarnai dengan berbagai kesengsaraan.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : LUKAS 22 : 39 - 46
4. PENGANTAR PA :
Jalan sengsara yang berujung pada kematian di kayu salib adalah jalan yang dipilih Allah. Padahal seluruh sengsara yang diakhiri dengan kematian itu seolah menggambarkan kekalahan seseorang yang bernama Yesus. Kalah dari kepentingan kaum agama yang berhasil memprovokasi/menimbulkan kemarahan massa dan pemerintah sehingga hukuman salib pun dijatuhkan pada-Nya.
Di dalam 1 Korintus 1 :18 dikatakan : Sebab pemberitahuan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa… Bodoh memang, sebab bagaimana mungkin Anak Allah membiarkan diri-Nya mati dengan cara yang paling hina. Namun apa yang dianggap bodoh oleh dunia itu dikatakan selanjutnya…. Tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Di dalam Alkitab, kisah sengsara Kristus tidak pernah menjadi bagian yang ditutup-tutupi. Apa yang dianggap bodoh dan lambang dari kekalahan itu menjadi salah satu bagian yang dengan jujur disaksikan oleh para penulis Alkitab dan ditulis dengan panjang lebar. Hal apa yang bisa kita renungkan dari sengsara-Nya supaya kita pun bisa memberikan kesaksian iman kita?
Kisah Yesus berdoa di Taman Getsemani ini diceritakan oleh Injil Matius, Markus dan Lukas. Kesaksian penulis Injil Lukas tentang kisah di Taman Getsemani ini memang diuraikan dengan lebih singkat tetapi jika diteliti dengan seksama, penderitaan atau sengsara Yesus lebih nampak dalam cerita singkat ini.
Sebelumnya, penting untuk diketahui bahwa sidang pembaca dari Injil Lukas ini adalah suatu jemaat berbahasa, berkebangsaan dan berkebudayaan Yunani, mereka bukan keturunan Yahudi. Di tengah jemaat itu ada satu persoalan serius tentang penantian kedatangan Anak Manusia. Semula mereka sangat yakin bahwa Yesus akan datang sebagai Hakim dengan segera. Tetapi waktu Injil Lukas disusun (sekitar 50 tahun) Yesus belum juga datang, padahal mereka terus berhadapan dengan pergumulan hidup sehari-hari dalam lingkungan yang tidak menyukai jemaat Kristen yang minoritas dan masih “baru”. Jemaat itu mengalami kebingungan dan membuat iman mereka menjadi lesu (Luk 17:5). Persoalan inilah yang membuat penulis Lukas merespon dan menguatkan iman mereka dengan sebuah pesan bahwa Yesus pasti datang, sekalipun tidak diketahui waktunya. Supaya mendapatkan kekuatan, penulis Lukas menekankan pentingnya berdoa dengan tidak jemu-jemunya supaya iman mereka dikuatkan (Lukas 18: 1-7) juga supaya tidak jatuh dalan pencobaan. (Lukas 21:36; 22:40,46).
Perikop Lukas 22: 39-46 menceritakan tentang pergumulan batiniah Yesus pada malam terakhir di Bukit Zaitun (Taman Getsemani tidak dikenal oleh pembaca Lukas, seperti Golgota yang diganti dengan Bukit Tengkorak-Lukas 23:33).
Menarik untuk diperhatikan bahwa kisah pencobaan Yesus di padang gurun diakhiri dengan keterangan bahwa iblis mundur dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali (Lukas 4:13). Terbukti memang iblis menunggu waktu yang tepat untuk kembali ketika masuk ke dalam Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati-Nya (Lukas 22:3). Pencobaan di padang gurun merupakan tanda dimulainya pekerjaan Yesus dan di malam terakhir sesaat sebelum Ia ditangkap dan menuju Golgota, dijalani-Nya dengan suatu pergumulan batiniah (berdoa) yang sangat hebat.
DR.BJ.Bolland berpendapat bahwa memang di Taman Getsemani menurut Injil Lukas inilah puncak krisis terhebat dalam hidup Yesus. Hal ini nampak misalnya tidak terdapatnya pergumulan dan kesukaran Yesus di kayu salib dalam Injil Lukas seperti yang terdapat misalnya dalam Mar 15:34; Yoh 19:28.




Sesudah pergumulan di Taman Getsemani inilah Yesus digambarkan sebagai seorang yang memang menderita dan bahkan mati tetapi tetap menguasai keadaaan. Ia meninggalkan Getsemani sebagai seorang Pemenang seperti ketika Ia menang dalam Pencobaan di padang gurun (Lukas 4 :1-13). Keputusan untuk taat kepada kehendak Bapa sudah dimulai di Taman Getsemani bukan ketika sudah di Golgota.
Kisah Yesus berdoa di Taman Getsemani ini diawali dan diakhiri dengan sebuah perintah untuk berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan (ayat 40 dan 46). Sekali lagi hal ini berhubungan dengan persoalan pencobaan yang harus dihadapi dengan berdoa, yaitu sejak iblis sudah kembali bekerja di pasal 22:3. Dalam ayat 41 diceritakan bahwa Yesus masuk lebih jauh ke dalam taman itu untuk berdoa, kira-kira sepelempar batu jaraknya (beberapa puluh meter). Ia berlutut dan berdoa untuk mencurahkan isi hati-Nya di hadapan Allah. Di ayat 42 Ia berdoa : “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Pada saat berdoa itulah, seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberikan kekuatan kepada-Nya (ayat 43). Ayat ini tidak diceritakan oleh penulis Injil yang lain. Hal inilah yang sekaligus menunjukkan adanya suatu pergumulan yang sangat berat dialami oleh Yesus, sisi kemanusiaan Yesus sungguh terlihat ketika Ia sedemikian harus dikuatkan oleh Malaikat Tuhan. Ia harus dikuatkan menghadapi penderitaan dan kematian yang sebentar lagi harus dijalani-Nya. Tidak diceritakan bahwa setelah Yesus dikuatkan oleh malaikat Tuhan, maka pergumulan-Nya berhenti. Sebaliknya, pergumulan-Nya menjadi bertambah hebat, sehingga dicatat di ayat 44 bahwa Ia makin bersungguh-sungguh berdoa. Untuk menunjukkan besarnya sengsara yang diderita karena ketakutan-Nya (kata ketakutan ini berasal dari bahasa asli agony yang berarti nyeri sekali, penderitaan yang mendalam), digambarkan peluh-Nya seolah-olah seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Setelah ayat 44 ini, tiba-tiba diceritakan Yesus bangkit berdiri di ayat 45. Lukas tidak menceritakan bahwa Yesus beberapa kali menemui murid-murid-Nya yang tertidur. Apa maksud ayat ini? Kata bangkit berdiri menggambarkan Yesus yang sudah menang atas pergumulan yang hebat. Ia siap dan bersedia mengikuti kehendak Bapa untuk berkorban bagi manusia yang sangat dikasihi-Nya, Ia berhasil mengalahkan pergumulan-Nya yang hebat.
Perikop ini diakhiri dengan peringatan untuk kembali berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan (ayat 46).

BAHAN DISKUSI
1. Apakah arti penderitaan bagi kita?
2. Bagaimana kita dapat menyaksikan iman di tengah penderitaan?
3. Bagaimana kita menjelaskan Yesus berdoa kepada Allah Bapa di Taman Getsemani, bukankah Yesus adalah Allah sendiri?
4. Tentang doa yang tidak terkabul, kecewakah kita? Apakah arti doa, jika doa itu tidak mengubah keadaan? (bandingkan ayat 42-43)

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

Kabar Baik Dari Allah


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 15 Agustus 2007

Tema : KABAR BAIK DARI ALLAH.
Bacaan : Roma 1:1-17

1. NYANYIAN PEMBUKAAN,
2. DOA PEMBUKAAN
3. PENGANTAR PA
“ Saya Bertunangan !”
“ Gaji saya naik !”
“ Istri saya melahirkan !”
Apa reaksi spontan kita jika mendengar berita-berita gembira? Kita tentu akan kabarkan pada teman-teman lainnya. Kita serasa akan meledak, bila tidak membagi kegembiaraan tersebut dengan orang-orang di sekitar kita.
Paulus mengalami hal yang sama tentang Injil, kabar baik tentang Yesus Kristus. Kita bisa menemukan kegembiraannya yang begitu besar saat kita membaca ayat-ayat awal dari suratnya kepada jemaat di Roma.

BAHAN DISKUSI
1. Mengapa tidak mudak menyimpan berita yang menggembirakan hanya untuk dirinya sendiri?
2. Bahan Alkitab Roma 1:1-17.
a) Ayat 1-5
- Apa yang Saudara ketahui mengenai Paulus?
- Apa yang kita pelajari mengenai Injil?
b) Ayat 8-13; ungkapan mengenai sikap Paulus terhadap jemaat di Roma.
- Apa Saudara berpendapat bahwa ia sangat dikuatkan? Mengapa!
c) Ayat 14; karena Ia Rasul (seorang yang diutus), Paulus wajib memberitakan Injil, kepada setiap orang.
- Kepada siapa Saudara memiliki kesempatan yang besar memberitakan Injil?
- Dan bagaimana caranya?
d) Ayat 15-16; Paulus mengatakan bahwa kita dapat memiliki semangat yang begitu besar untuk memberitakan Injil, atau malah malu karena Injil?
- Apa yang dapat membuat kita bersikap seperti itu?
e) Ayat 16; Paulus menggambarkan Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan.
- Apakah Saudara menyaksikan kekuatan ini dalam hidup saudara?
f) Ayat 17; merupakan inti dari Surat Roma.
- Apa maksud ayat 17 ini? Jelaskan!


4. NYANYIAN AKHIR
5. DOA PENUTUP

Keluarga Yang Hidup


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 18 Juni 2008

Tema : KELUARGA YANG HIDUP
Bacaan : Ibrani 10 :19 - 25.

1. Nyanyian Pembukaan
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : Ibrani 10 : 19 - 25.
4. Pengantar PA:

Dewasa ini banyak keluarga-keluarga yang mengalami persoalan keluarga yang diakibatkan pengaruh-pengaruh kehidupan dunia sekuler (duniawi) yang sering mempengaruhi pola hidup mereka termasuk keluarga Kristen. Setangguh apapun keluarga dalam membentengi hal itu kalau tidak dilakukan secara berkesinambungan akan terasa sulit. Sebenarnya sudah banyak uraian-uraian tentang tips-tips dalam mempertahankan dan membina keluarga dari pengaruh kehidupan yang kurang baik dampaknya terhadap keluarga, namun itu secara umum berlaku dan sentuhan nilai-nilai religius sangat kering dan kurang terasa, sehingga setiap pembaca akan merasakan ada sesuatu yang kurang dari tiap tips tersebut.
Kadang kita berpikir telah puas kalau sudah pergi ke gereja pada hari Sabat/Minggu saja. Itu tidak cukup!!! Ingat itu tidak akan cukup!!! Tuhan Yesus Kristus yang kita sembah bukan Tuhan yang hadir dan kita sembah hanya pada hari Minggu saja, itu saja di gereja “mendengarkan firman sambil ngantuk”, yang mungkin paling lama dua jam. Padahal satu hari ada 24 jam dan kalau dihitung satu minggu berarti ada 168 jam dalam satu minggu. Itu berarti ada banyak sekali waktu luang yang kita buang secara percuma dan sia-sia, kalau mungkin kita gunakan barang kali hanya untuk kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu kita dituntut secara pribadi atau kelompok untuk tetap mewujudkan persekutuan pribadi dengan Tuhan kita. Justru kita banyak waktu luang tersebut dapat secara efektif kita gunakan untuk persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Perlu juga dikembangkan persekutuan-persekutuan keluarga agar keluarga-keluarga Kristen dapat kuat menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan yang semakin berat dari dunia sekuler ini. Kita hanya dapat membentengi itu semua dengan iman kita yang terbina sejak dini dari persekutuan-persekutuan keluarga yang dilaksanakan secara rutin dikeluarga Kristen ini. Pengaruh dunia sekuler memang kuat, sejalan dengan itu kita juga semakin menggiatkan persekutuan kita dengan Tuhan baik secara kelompok maupun pribadi.
Dari Firman Tuhan dalam surat Ibrani 10 : 19-25 menjelaskan kepada kita semua terkhusus dalam ayat 25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Dari gambaran firman tersebut bahwa setiap orang percaya dituntut untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan meninggalkan kegiatan gereja atau dalam firman dijelaskan dalam bahasa “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah kita, seperti kebiasaan beberapa orang … “ Melalui persekutuan keluarga orang percaya dapat memulai merintis kegiatan tersebut dari masing-masing keluarga. Walau saya tahu untuk memulai itu sangat sulit namun kalau sudah berjalan secara rutin, kalau tidak melaksanakan akan terasa ada sesuatu yang kurang.
Oleh karena itu kepercayaan kita kepada Kristus dapat bertambah dalam persekutuan keluarga yang akhirnya bermanfaat bagi keluarga itu sendiri didalam menghadapi dunia sekuler yang semakin nyata dan sulit dibendung, yang sedikit banyak berpengaruh dalam perkembangan anak bahkan gereja, sehebat apapun sulit untuk membendung pengaruh dunia yang semakin meracuni pola pikir orang-orang percaya yang segala sesuatu selalu diukur dengan uang. Kita jangan tersentak kaget ketika suatu saat mendapati anak kita yang manis dan penurut ternyata pengguna narkoba, atau sudah merasakan hidup bebas bahkan terkadang tanpa batas dan aturan dll.
Seberat apapun kita dapat menumbuhkan kesadaran pribadi atau kolektif untuk dapat memulai dan membangun jaringan-jaringan persekutuan keluarga yang aktif. Hanya dengan persekutuan keluarga yang hidup inilah diharapkan sebagai benteng terakhir sehingga iman kita menjadi matang dan berkembang yang akhirnya menghasilkan buah yang bagus, karena tidak cukup pembinaan-pembinaan iman hanya dengan ke gereja dan kadang PA, karena itu ternyata masih banyak waktu yang kita buang percuma dan banyak kegiatan yang sia-sia kita lakukan.
Dengan sungguh-sungguh setiap keluarga memperhatikan pertumbuhan iman anggota keluarganya dengan adanya persekutuan-persekutuan keluarga yang secara rutin dilaksanakan. Dari sini sebenarnya juga ditumbuhkembangkan komunitas, demokrasi dan solidaritas masing-masing anggota keluarga. Belajar saling menghargai pendapat pihak lain dan itu semua sebenarnya dapat dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu keluarga. Dengan adanya kebiasaan persekutuan di keluarga-keluarga Kristen dapat juga dipakai untuk pendidikan budi pekerti dan juga pengenalan akan Tuhan sejak dini, oleh karena itu sebenarnya tidak ada kata lain kecuali “kita mulai sekarang”. Rencanakan dengan matang dengan mengambil hari dan waktu yang telah disepakati bersama sehingga masing-masing dapat memegang komitmennya hari dan waktu itu adalah waktu persekutuan doa keluarga, sehingga kegiatan dan acara saat itu dapat ditunda atau ditangguhkan dengan komitmen bahwa hari dan waktu itu adalah saat persekutuan doa keluarga.

BAHAN PERENUNGAN & PA
1. Apa dan bagaiman cara yang efektif untuk menanamkan nilai religius terhadap anak-anak kita?
2. Apa hambatan yang sering dihadapi oleh keluarga untuk memulai persekutuan doa di masing-masing keluarga?
3. Persoalan iman adalah persoalan gereja dan pendeta, setujukah pendapat tersebut, berikan alasannya sehingga dapat mendorong masing-masing peserta untuk dapat menyimpulkannya!

5. Nyanyian Penutup
6. Doa Penutup

*** Selamat Ber-PA ***

Hidup Dengan Semangat dan Sikap Yang Benar


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 07 Nopember 2007
Tema : HIDUP DENGAN SEMANGAT DAN SIKAP YANG BENAR.
Bacaan : Titus 2:1-10
Tujuan : Agar peserta dapat tetap memliki semangat untuk berperan serta dalam kehidupan bergereja.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN,
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : TITUS 2:1-10.
4. PENGANTAR PA
Surat Paulus kepada Titus merupakan saat pastoral (Penggembalaan). Titus juga dilibatkan dalam tugas Pekabaran Injil dan pembinaan anggota jemaat, di Pulau Kreta (ps. 1:5). Ajaran yang sehat menjadi ketentuan yang mempedomani Titus dan Timotius dalam pelayanannya. Ajaran sehat tersebut adalah ajaran yang berdasarkan Injil dari Allah mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepada Rasul Paulus (I Timotius 1:11).
Penggembalaan yang diselenggarakan itu selain dalam rangka menghadapi ajaran-ajaran sesat juga untuk memberi petunjuk cara bagaimana menata kehidupan jemaat (warga jemaat). Warga jemaat diharapkan (sebagai kewajiban), sebagai berikut:
a. Untuk Laki-Laki tua:
1. Hidup sederhana, terhormat, bijaksana
2. Sehat dalam iman, kasih dan ketekunan
b. Untuk perempuan-perempuan yang tua:
1. Hidup sebagai orang-orang yang beribadah.
2. Tidak memfitnah dan tidak menjadi hamba anggur
3. Cakap mengajarkan hal-hal yang baik
4. mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suaminya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga dan baik hati
c. Untuk orang-orang muda
1. menguasai diri dalam segala hal
2. Diteladani dalam berbuaut baik, jujur, sungguh-sungguh dalam pengajaran, sehat dan tidak bercela.
d. Untuk hamba-hamba
- taat pada tuan, tidak curang dan tidak bercela
nasihat-nasihat tersebut harus dipahami sebagai upaya mewujudkan tata kehidupan kristen yang disebut dengan istilah “pengudusan hidup” yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi pemberitaan Injil.
Kesepian bisa dirasakan oleh mereka yang merasa telah lanjut usia. Karena tidak mempunyai tempat lagi dalam aktivitas kerja, telah pensiun dan dianggap tidak pada tempatnya alias dipinggirkan oleh yang muda. Dalam jemaat (gereja) tidak begitu tegas dalam membuat batasan mengenai usia berapa warga gereja benar-benar bebas tugas dalam hal pelayanan. Banyak lansia yang bersedia tetap berkecimpung dalam tugas-tugas pelayanan, pemberitaan Injil dan pemeliharaan iman. Yang jelas adalah meskipun tidak menyandang jabatan tertentu, selaku warga gereja yang tua terpanggil untuk memberikan suri tauladan bagi warga jemaat muda dalam kehidupan sehari-hari. Masa tua bukan alasan untuk mengasingkan diri, atau merasa terasing.

BAHAN DISKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan kesaksian dalam I Timotius 1: 11? Jelaskan!
2. Bagaimana pendapat bapak ibu kalau ada yang mengatakan : Majelis Gereja biar diisi oleh orang-orang yang masih muda saja. Kalau setuju apa alasannya dan kalau tidak setuju apa alasannya?
3. Apa yang dapat disumbangkan oleh para lansia bagi gereja dalam rangka pelaksanaan tugas gereja?



5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

Memperjuangkan Tegaknya Kebenaran


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 18 April 2007
Tema : MEMPERJUANGKAN TEGAKNYA KEBENARAN.
Bacaan : Matius 28:11-15
1. NYANYIAN PEMBUKAAN,
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : MARKUS 16:1-8.
4. PENGANTAR PA
Membuktikan kebenaran adalah hal yang tidak mudah dalam kehidupan sekarang ini. Kebenaran sering dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Dengan kata lain, orang lebih mengutamakan kepentingan daripada kebenaran. Lihatlah dalam kehidupan bangsa kita. Kebenaran dapat diperjualbelikan justru di lembaga-lembaga yang seharusnya menjadi penegak kebenaran. Ada oknum polisis, jaksa, hakim (dikatakan ada, karena tidak semuanya) yang bersedia menerima uang suap guna menyimpangkan kebenaran. Bahkan hal yang serupa juga melanda para tokoh nasional dan para politisi di negara ini. Kebenaran yang sesungguhnya dapat diplesetkan kepada kebenaran semu hanya demi uang dan demi kepentingan seseorang atau sekelompok orang tertentu. Semakin hari hal demikian pasti akan semakin merusak sistem kehidupan antar manusia. Sebab akan menyebabkan ambruknya keadilan antar manusia.
Ukuran kebenaran juga semakin bergeser. Kebenaran sering ditentukan oleh siapa yang menang, siapa yang kuat dan siapa yang terbanyak. Tolak ukur kebenaran sangat ditentukan oleh siapa yang mengendalikannya, bukan oleh hukum dan kesepakatan yang benar. Dengan demikian tidak terjamin orang yang benar akan menang (baik secara hukum maupun pada praktek hidup). Kenyataan ini akan menjadi preseden buruk dan malapetaka bagi kaum miskin dan lemah serta minoritas. Oleh karena itu perlu upaya sistematis (disengaja, terarah, dan terkoordinasi) untuk mengatasi keadaaan tersebut. Umat Kristen semestinya masuk menjadi pelakunya. Sebab Kristus memang menghendaki berlakunya kebenaran, keadilan dan damai sejahtera. Tanpa ditegakkannya kebenaran dan keadilan maka akan sulit mencapai damai sejahtera.
Kejujuran adalah kunci dasar kebenaran. Oleh sebab itulah dibutuhkan suatu kondisi di mana seseorang berani berkata jujur apa adanya. Disamping itu juga dibutuhkan motivasi supaya orang berani berkata jujur sekalipun dalam keadaan yang kurang kondusif. Sikap jujur pada setiap umat percaya pasti akan memberi pengaruh besar terhadap tegaknya kebenaran.
Perikop yang oleh lembaga Alkitab Indonesia diberi judul Dusta Mahkamah Agama ini hanya ditulis dalam Injil Matius. Tidak ada referensi tersebut bukan berarti hal itu tidak penting. Sebaliknya perikop ini justru menjadi penting karena Matius dengan sengaja menulisnya sebagai penggambaran betapa tidak mudahnya pemberitaan Kebangkitan Yesus oleh para murid Yesus dan pengikutNya. Sebab komunitas Yesus yang terbatas jumlah dan kemampuannya itu ahrus berhadapan dengan kekuatan besar yang melawannya. Kekuatan besar itu adalah para yangberpengaruh dan bahkan menentukan pola, bentuk dan sistem masyarakat Yahudi. Mereka itu adalah para Imam Kepala, orang-orang Farisi, para tentara dan penguasa Romawi. Para Imam Kepala sebagai golongan terutama dalam Mahkamah Agung Yahudi yang memiliki kewibawaan penuh dan badan keagamaan tertinggi dalam masyarakat Yahudi. Orang-orang Farisi juga sangat berpengaruh pada masyarkat Yahudi, sebab mereka adalah golongan dari para Rabi dan Ahli Taurat. Sedangkan penguasa Romawi beserta tentaranya sangat jelas dominasinya. Komunitas yang berseberangan dengan para murid Yesus ini menginginkan agar berita kebangkitan Yesus tidak tersiar, sekalipun ada saksi-saksi kunci dari golongan mereka, yaitu para serdadu. Sementara itu para murid dan pengikut Yesus yang juga menyaksikan fakta itulah para Imam Kepala memakai cara apapun asal berita kebangkitan Yesus tidak terberitakan.
Ayat 11: menunjukkan kapan peristiwa lapornya para penjaga kubur Yesus itu kepada para Imam Kepala di Yerusalem. Waktu yang ditunjukkan adalah “ketika mereka ditengah jalan”. Mereka di sini adalah para perempuan (Maria Magdalena dan Maria yang lain) yang menengok kubur Yesus. Itu berarti pada Minggu pagi (menyingsingnya fajar pada pertama Minggu itu) (Matius 28:1). Dan agaknya para penjaga kubur Yesus itu berusaha untuk mendahaului para perempuan sampai ke kota (Yerusalem) untuk dapat mengolah berita sesuai dengan keinginan para Iman Kepala. Para penjaga yang disebut di sini adalah orang-orang para serdadu yang diminta oleh orang- Farisi dan para Imam Kepala kepada Pontius Pilatus untuk menjaga kubur Yesus, sehingga dapat mengetahui secara persis tentang segala sesuatu yang akan terjadi setelah kematianNya (Matius 27:26-66). Pontius Pilatus adalah wali negri (Gubernur) pemerintah Romawi yang ditempatkan di wilayah Yudea, Samaria dan Idumea. Dengan kata demikian para penjaga itu harus bertanggung jawab kepada Pontius Pilatus (sebagai pemiliknya) dan kepada para Imam Kepala (karena diperbantukan untuk kepentingan para imam Kepala). Para penajaga itu menyaksikan langsung fakta kubur kosong sebagai bukti Yesus bangkit. Sementara sebagian tetap terjaga, yang lain pergi kepada para imam kepala melaporkan hal kubur yang kosong setelah terjadi gempa bumi danada malaekat Tuhan disana.
Ayat 12 dan 13: Perundingan antara para Penjaga dan Imam-Imam kepala lebih tepat kalau diartikan sebagai persekongkolan. Yaitu tawaran persekongkolan dari para Imam Kepala kepada para penjaga kubur Yesus yang melaporkan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Persekongkolan itu agaknya juga dibahas dalam Mahkamah Agung (itulah sebabnya LAI menyebutnya dalam judul perikop). Para Imam Kepala menawarkan uang yang banyak (sejumlah besar uang) kepada para serdadu asalkan mereka bersedia menyebarkan berita bohong tentang kubur yang kosong. Kubur Yesus kosong bukan karena Yesus bangkit, tetapi karena para muridNya datang pada waktu malam dan mencuri jenazah Yesus. Sebab kalau benar tersiar Yesus bangkit pastilah runtuh harga diri dan otoritas para pemuka Yahudi tersebut. Matius sebagai mantan pemungut cukai pasti paham betul tentang trik-trik kejahatan para pemuka Yahudi itu, sehingga ia tulis dalam Injilnya. Demi kepentingan diri dan kelompoknya itulah para Imam Kepala lalu memutar balikkan kebenaran dengan kebohongan dan mengkambinghitamkan para murid Yesus. Dengan cara itu diharapkan muncul skenario tentang kebangkitan Yesus. Padahal semua itu adalah hanya akal-akalannya para pemuka Yahudi tersebut. Agaknya mereka terbiasa dengan memakai uang suap (mungkin dari perbendaharaan di bait Allah) untuk memenangkan kepentingannya. Bukti dalam kasus lain : Menyuap Yudas dengan 30 uang perak supaya menyerahkan Yesus (Matius 26: 14-16), menyuap para saksi palsu dalam persidangan Yesus di muka para Mahkamah Agung (Matius 26:59).
Ayat 14: Mengenai segala resiko dari persekongkolan itu disepakati bahwa para imam kepalayang akan menanggungnya. Dengan demikian para serdadu dapat lebih leluasa dan terkurangi bebannya dalam pewartaan berita bohong itu. Sekalipun kelak jika diketahui oleh wali negri (Pilatus) Imam-Imam Kepala yang akan menghadapinya, sehingga para serdadu terluput dari pemecatan dan hukuman. Dibalik ini sudah dapat dibayangkan bahwa pasti akan dilakukan persekongkolan baru antara Imam-Imam Kepala dan Penguasa Romawi di wilayah itu.
Ayat 15 : demi uangpun para serdadu itu larut dalam persekongkolan itu. Mereka menerima suap tersebut dan segera memberitakan kabar bohong bahwa kubur kosong bukan bukti Yesus bangkit, tetapi bukti pencurian yang dilakukan oleh para murid Yesus. Sekalipun hal itu pasti bertentangan dengan hati nuraninya sebab mereka melihat langsung peristiwa kubur kosong itu. Demikianlah uang sebagai simbol kerakusan telah mengubah manusia sehingga kehilangan kepekaan terhadap hati nuraninya dan demi uang juga manusia tega menjual kebenaran yang sesungguhnya. Berita versi para prajurit itu cepat tersebar dan bertahan lama dalam masyarakat Yahudi. Setidaknya sampai tahun Injil Matius ditulis (+ tahun 80). Percepatan berita itu sangat didukung oleh dukungan persekongkolan para orang terpengaruh dalam masyarakat Yahudi tadi (Mahkamah Agung, yang di dalamnya tercakup para Imam Kepala, Tua-Tua Yahudi dan orang-orang Farisi) maupun penguasa Romawi beserta para tentaranya.
Demikianlah “peperangan” antara berita Kebangkitan Yesus oleh para MuridNya dengan segala keterbatasannya dengan berita pencurian Yesus oleh para muridNya dalam versi persekongkolan terjadi. Hanya oleh karena kegigihan dan keyakinan akan kebenaranlah yang menyebabkan p[ara murid dapat memenangkan “pertarungan” tersebut, sehingga pemberitaan Injil tersiar ke segala penjuru dunia dan segala lapisan masyarakat, kebenaran pada saatnya akan menang dari kebohongan. Memutarbalikkan kebenaran pada akhirnya hanya akan menjungkirbalikkan dirinya sendiri.

BAHAN DISKUSI
1. Diskusikanlah lebih lanjut untuk maksud apa Dusta Mahkamah Agung itu dipaparkan oleh Matius dalam Injil dan apa relevansinya bagi kita ?
2. Bagaimana cara / strategi pemberitaan tentang Kebangkitan Yesus Kristus di dalam masyarakat?
3. Ungkapkanlah apa saja bentuk dan cara yang memungkinkan tegaknya kebenaran dalam kehidupan bersama! Ungkapkan pula penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam upaya menegakkan kebenaran di antara kita (di keluarga, gereja, negara/masyarakat).
5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP
 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez