Sunday, November 23, 2008

Memperjuangkan Tegaknya Kebenaran


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 18 April 2007
Tema : MEMPERJUANGKAN TEGAKNYA KEBENARAN.
Bacaan : Matius 28:11-15
1. NYANYIAN PEMBUKAAN,
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : MARKUS 16:1-8.
4. PENGANTAR PA
Membuktikan kebenaran adalah hal yang tidak mudah dalam kehidupan sekarang ini. Kebenaran sering dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Dengan kata lain, orang lebih mengutamakan kepentingan daripada kebenaran. Lihatlah dalam kehidupan bangsa kita. Kebenaran dapat diperjualbelikan justru di lembaga-lembaga yang seharusnya menjadi penegak kebenaran. Ada oknum polisis, jaksa, hakim (dikatakan ada, karena tidak semuanya) yang bersedia menerima uang suap guna menyimpangkan kebenaran. Bahkan hal yang serupa juga melanda para tokoh nasional dan para politisi di negara ini. Kebenaran yang sesungguhnya dapat diplesetkan kepada kebenaran semu hanya demi uang dan demi kepentingan seseorang atau sekelompok orang tertentu. Semakin hari hal demikian pasti akan semakin merusak sistem kehidupan antar manusia. Sebab akan menyebabkan ambruknya keadilan antar manusia.
Ukuran kebenaran juga semakin bergeser. Kebenaran sering ditentukan oleh siapa yang menang, siapa yang kuat dan siapa yang terbanyak. Tolak ukur kebenaran sangat ditentukan oleh siapa yang mengendalikannya, bukan oleh hukum dan kesepakatan yang benar. Dengan demikian tidak terjamin orang yang benar akan menang (baik secara hukum maupun pada praktek hidup). Kenyataan ini akan menjadi preseden buruk dan malapetaka bagi kaum miskin dan lemah serta minoritas. Oleh karena itu perlu upaya sistematis (disengaja, terarah, dan terkoordinasi) untuk mengatasi keadaaan tersebut. Umat Kristen semestinya masuk menjadi pelakunya. Sebab Kristus memang menghendaki berlakunya kebenaran, keadilan dan damai sejahtera. Tanpa ditegakkannya kebenaran dan keadilan maka akan sulit mencapai damai sejahtera.
Kejujuran adalah kunci dasar kebenaran. Oleh sebab itulah dibutuhkan suatu kondisi di mana seseorang berani berkata jujur apa adanya. Disamping itu juga dibutuhkan motivasi supaya orang berani berkata jujur sekalipun dalam keadaan yang kurang kondusif. Sikap jujur pada setiap umat percaya pasti akan memberi pengaruh besar terhadap tegaknya kebenaran.
Perikop yang oleh lembaga Alkitab Indonesia diberi judul Dusta Mahkamah Agama ini hanya ditulis dalam Injil Matius. Tidak ada referensi tersebut bukan berarti hal itu tidak penting. Sebaliknya perikop ini justru menjadi penting karena Matius dengan sengaja menulisnya sebagai penggambaran betapa tidak mudahnya pemberitaan Kebangkitan Yesus oleh para murid Yesus dan pengikutNya. Sebab komunitas Yesus yang terbatas jumlah dan kemampuannya itu ahrus berhadapan dengan kekuatan besar yang melawannya. Kekuatan besar itu adalah para yangberpengaruh dan bahkan menentukan pola, bentuk dan sistem masyarakat Yahudi. Mereka itu adalah para Imam Kepala, orang-orang Farisi, para tentara dan penguasa Romawi. Para Imam Kepala sebagai golongan terutama dalam Mahkamah Agung Yahudi yang memiliki kewibawaan penuh dan badan keagamaan tertinggi dalam masyarakat Yahudi. Orang-orang Farisi juga sangat berpengaruh pada masyarkat Yahudi, sebab mereka adalah golongan dari para Rabi dan Ahli Taurat. Sedangkan penguasa Romawi beserta tentaranya sangat jelas dominasinya. Komunitas yang berseberangan dengan para murid Yesus ini menginginkan agar berita kebangkitan Yesus tidak tersiar, sekalipun ada saksi-saksi kunci dari golongan mereka, yaitu para serdadu. Sementara itu para murid dan pengikut Yesus yang juga menyaksikan fakta itulah para Imam Kepala memakai cara apapun asal berita kebangkitan Yesus tidak terberitakan.
Ayat 11: menunjukkan kapan peristiwa lapornya para penjaga kubur Yesus itu kepada para Imam Kepala di Yerusalem. Waktu yang ditunjukkan adalah “ketika mereka ditengah jalan”. Mereka di sini adalah para perempuan (Maria Magdalena dan Maria yang lain) yang menengok kubur Yesus. Itu berarti pada Minggu pagi (menyingsingnya fajar pada pertama Minggu itu) (Matius 28:1). Dan agaknya para penjaga kubur Yesus itu berusaha untuk mendahaului para perempuan sampai ke kota (Yerusalem) untuk dapat mengolah berita sesuai dengan keinginan para Iman Kepala. Para penjaga yang disebut di sini adalah orang-orang para serdadu yang diminta oleh orang- Farisi dan para Imam Kepala kepada Pontius Pilatus untuk menjaga kubur Yesus, sehingga dapat mengetahui secara persis tentang segala sesuatu yang akan terjadi setelah kematianNya (Matius 27:26-66). Pontius Pilatus adalah wali negri (Gubernur) pemerintah Romawi yang ditempatkan di wilayah Yudea, Samaria dan Idumea. Dengan kata demikian para penjaga itu harus bertanggung jawab kepada Pontius Pilatus (sebagai pemiliknya) dan kepada para Imam Kepala (karena diperbantukan untuk kepentingan para imam Kepala). Para penajaga itu menyaksikan langsung fakta kubur kosong sebagai bukti Yesus bangkit. Sementara sebagian tetap terjaga, yang lain pergi kepada para imam kepala melaporkan hal kubur yang kosong setelah terjadi gempa bumi danada malaekat Tuhan disana.
Ayat 12 dan 13: Perundingan antara para Penjaga dan Imam-Imam kepala lebih tepat kalau diartikan sebagai persekongkolan. Yaitu tawaran persekongkolan dari para Imam Kepala kepada para penjaga kubur Yesus yang melaporkan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Persekongkolan itu agaknya juga dibahas dalam Mahkamah Agung (itulah sebabnya LAI menyebutnya dalam judul perikop). Para Imam Kepala menawarkan uang yang banyak (sejumlah besar uang) kepada para serdadu asalkan mereka bersedia menyebarkan berita bohong tentang kubur yang kosong. Kubur Yesus kosong bukan karena Yesus bangkit, tetapi karena para muridNya datang pada waktu malam dan mencuri jenazah Yesus. Sebab kalau benar tersiar Yesus bangkit pastilah runtuh harga diri dan otoritas para pemuka Yahudi tersebut. Matius sebagai mantan pemungut cukai pasti paham betul tentang trik-trik kejahatan para pemuka Yahudi itu, sehingga ia tulis dalam Injilnya. Demi kepentingan diri dan kelompoknya itulah para Imam Kepala lalu memutar balikkan kebenaran dengan kebohongan dan mengkambinghitamkan para murid Yesus. Dengan cara itu diharapkan muncul skenario tentang kebangkitan Yesus. Padahal semua itu adalah hanya akal-akalannya para pemuka Yahudi tersebut. Agaknya mereka terbiasa dengan memakai uang suap (mungkin dari perbendaharaan di bait Allah) untuk memenangkan kepentingannya. Bukti dalam kasus lain : Menyuap Yudas dengan 30 uang perak supaya menyerahkan Yesus (Matius 26: 14-16), menyuap para saksi palsu dalam persidangan Yesus di muka para Mahkamah Agung (Matius 26:59).
Ayat 14: Mengenai segala resiko dari persekongkolan itu disepakati bahwa para imam kepalayang akan menanggungnya. Dengan demikian para serdadu dapat lebih leluasa dan terkurangi bebannya dalam pewartaan berita bohong itu. Sekalipun kelak jika diketahui oleh wali negri (Pilatus) Imam-Imam Kepala yang akan menghadapinya, sehingga para serdadu terluput dari pemecatan dan hukuman. Dibalik ini sudah dapat dibayangkan bahwa pasti akan dilakukan persekongkolan baru antara Imam-Imam Kepala dan Penguasa Romawi di wilayah itu.
Ayat 15 : demi uangpun para serdadu itu larut dalam persekongkolan itu. Mereka menerima suap tersebut dan segera memberitakan kabar bohong bahwa kubur kosong bukan bukti Yesus bangkit, tetapi bukti pencurian yang dilakukan oleh para murid Yesus. Sekalipun hal itu pasti bertentangan dengan hati nuraninya sebab mereka melihat langsung peristiwa kubur kosong itu. Demikianlah uang sebagai simbol kerakusan telah mengubah manusia sehingga kehilangan kepekaan terhadap hati nuraninya dan demi uang juga manusia tega menjual kebenaran yang sesungguhnya. Berita versi para prajurit itu cepat tersebar dan bertahan lama dalam masyarakat Yahudi. Setidaknya sampai tahun Injil Matius ditulis (+ tahun 80). Percepatan berita itu sangat didukung oleh dukungan persekongkolan para orang terpengaruh dalam masyarakat Yahudi tadi (Mahkamah Agung, yang di dalamnya tercakup para Imam Kepala, Tua-Tua Yahudi dan orang-orang Farisi) maupun penguasa Romawi beserta para tentaranya.
Demikianlah “peperangan” antara berita Kebangkitan Yesus oleh para MuridNya dengan segala keterbatasannya dengan berita pencurian Yesus oleh para muridNya dalam versi persekongkolan terjadi. Hanya oleh karena kegigihan dan keyakinan akan kebenaranlah yang menyebabkan p[ara murid dapat memenangkan “pertarungan” tersebut, sehingga pemberitaan Injil tersiar ke segala penjuru dunia dan segala lapisan masyarakat, kebenaran pada saatnya akan menang dari kebohongan. Memutarbalikkan kebenaran pada akhirnya hanya akan menjungkirbalikkan dirinya sendiri.

BAHAN DISKUSI
1. Diskusikanlah lebih lanjut untuk maksud apa Dusta Mahkamah Agung itu dipaparkan oleh Matius dalam Injil dan apa relevansinya bagi kita ?
2. Bagaimana cara / strategi pemberitaan tentang Kebangkitan Yesus Kristus di dalam masyarakat?
3. Ungkapkanlah apa saja bentuk dan cara yang memungkinkan tegaknya kebenaran dalam kehidupan bersama! Ungkapkan pula penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam upaya menegakkan kebenaran di antara kita (di keluarga, gereja, negara/masyarakat).
5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez