Sunday, November 23, 2008

"Sengsara-Nya Memulihkan Hidupku"


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 14 Maret 2007
Tema : “SENGSARA-NYA MEMULIHKAN HIDUPKU”
Bacaan : Lukas 22 : 39 – 46
Tujuan : Peserta PA dapat mengungkapkan kesaksian imannya bahwa kesengsaraan yang dipilih oleh Kristus membawa pemulihan bagi pergumulan hidupnya ketika diwarnai dengan berbagai kesengsaraan.
1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : LUKAS 22 : 39 - 46
4. PENGANTAR PA :
Jalan sengsara yang berujung pada kematian di kayu salib adalah jalan yang dipilih Allah. Padahal seluruh sengsara yang diakhiri dengan kematian itu seolah menggambarkan kekalahan seseorang yang bernama Yesus. Kalah dari kepentingan kaum agama yang berhasil memprovokasi/menimbulkan kemarahan massa dan pemerintah sehingga hukuman salib pun dijatuhkan pada-Nya.
Di dalam 1 Korintus 1 :18 dikatakan : Sebab pemberitahuan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa… Bodoh memang, sebab bagaimana mungkin Anak Allah membiarkan diri-Nya mati dengan cara yang paling hina. Namun apa yang dianggap bodoh oleh dunia itu dikatakan selanjutnya…. Tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Di dalam Alkitab, kisah sengsara Kristus tidak pernah menjadi bagian yang ditutup-tutupi. Apa yang dianggap bodoh dan lambang dari kekalahan itu menjadi salah satu bagian yang dengan jujur disaksikan oleh para penulis Alkitab dan ditulis dengan panjang lebar. Hal apa yang bisa kita renungkan dari sengsara-Nya supaya kita pun bisa memberikan kesaksian iman kita?
Kisah Yesus berdoa di Taman Getsemani ini diceritakan oleh Injil Matius, Markus dan Lukas. Kesaksian penulis Injil Lukas tentang kisah di Taman Getsemani ini memang diuraikan dengan lebih singkat tetapi jika diteliti dengan seksama, penderitaan atau sengsara Yesus lebih nampak dalam cerita singkat ini.
Sebelumnya, penting untuk diketahui bahwa sidang pembaca dari Injil Lukas ini adalah suatu jemaat berbahasa, berkebangsaan dan berkebudayaan Yunani, mereka bukan keturunan Yahudi. Di tengah jemaat itu ada satu persoalan serius tentang penantian kedatangan Anak Manusia. Semula mereka sangat yakin bahwa Yesus akan datang sebagai Hakim dengan segera. Tetapi waktu Injil Lukas disusun (sekitar 50 tahun) Yesus belum juga datang, padahal mereka terus berhadapan dengan pergumulan hidup sehari-hari dalam lingkungan yang tidak menyukai jemaat Kristen yang minoritas dan masih “baru”. Jemaat itu mengalami kebingungan dan membuat iman mereka menjadi lesu (Luk 17:5). Persoalan inilah yang membuat penulis Lukas merespon dan menguatkan iman mereka dengan sebuah pesan bahwa Yesus pasti datang, sekalipun tidak diketahui waktunya. Supaya mendapatkan kekuatan, penulis Lukas menekankan pentingnya berdoa dengan tidak jemu-jemunya supaya iman mereka dikuatkan (Lukas 18: 1-7) juga supaya tidak jatuh dalan pencobaan. (Lukas 21:36; 22:40,46).
Perikop Lukas 22: 39-46 menceritakan tentang pergumulan batiniah Yesus pada malam terakhir di Bukit Zaitun (Taman Getsemani tidak dikenal oleh pembaca Lukas, seperti Golgota yang diganti dengan Bukit Tengkorak-Lukas 23:33).
Menarik untuk diperhatikan bahwa kisah pencobaan Yesus di padang gurun diakhiri dengan keterangan bahwa iblis mundur dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali (Lukas 4:13). Terbukti memang iblis menunggu waktu yang tepat untuk kembali ketika masuk ke dalam Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati-Nya (Lukas 22:3). Pencobaan di padang gurun merupakan tanda dimulainya pekerjaan Yesus dan di malam terakhir sesaat sebelum Ia ditangkap dan menuju Golgota, dijalani-Nya dengan suatu pergumulan batiniah (berdoa) yang sangat hebat.
DR.BJ.Bolland berpendapat bahwa memang di Taman Getsemani menurut Injil Lukas inilah puncak krisis terhebat dalam hidup Yesus. Hal ini nampak misalnya tidak terdapatnya pergumulan dan kesukaran Yesus di kayu salib dalam Injil Lukas seperti yang terdapat misalnya dalam Mar 15:34; Yoh 19:28.




Sesudah pergumulan di Taman Getsemani inilah Yesus digambarkan sebagai seorang yang memang menderita dan bahkan mati tetapi tetap menguasai keadaaan. Ia meninggalkan Getsemani sebagai seorang Pemenang seperti ketika Ia menang dalam Pencobaan di padang gurun (Lukas 4 :1-13). Keputusan untuk taat kepada kehendak Bapa sudah dimulai di Taman Getsemani bukan ketika sudah di Golgota.
Kisah Yesus berdoa di Taman Getsemani ini diawali dan diakhiri dengan sebuah perintah untuk berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan (ayat 40 dan 46). Sekali lagi hal ini berhubungan dengan persoalan pencobaan yang harus dihadapi dengan berdoa, yaitu sejak iblis sudah kembali bekerja di pasal 22:3. Dalam ayat 41 diceritakan bahwa Yesus masuk lebih jauh ke dalam taman itu untuk berdoa, kira-kira sepelempar batu jaraknya (beberapa puluh meter). Ia berlutut dan berdoa untuk mencurahkan isi hati-Nya di hadapan Allah. Di ayat 42 Ia berdoa : “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Pada saat berdoa itulah, seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberikan kekuatan kepada-Nya (ayat 43). Ayat ini tidak diceritakan oleh penulis Injil yang lain. Hal inilah yang sekaligus menunjukkan adanya suatu pergumulan yang sangat berat dialami oleh Yesus, sisi kemanusiaan Yesus sungguh terlihat ketika Ia sedemikian harus dikuatkan oleh Malaikat Tuhan. Ia harus dikuatkan menghadapi penderitaan dan kematian yang sebentar lagi harus dijalani-Nya. Tidak diceritakan bahwa setelah Yesus dikuatkan oleh malaikat Tuhan, maka pergumulan-Nya berhenti. Sebaliknya, pergumulan-Nya menjadi bertambah hebat, sehingga dicatat di ayat 44 bahwa Ia makin bersungguh-sungguh berdoa. Untuk menunjukkan besarnya sengsara yang diderita karena ketakutan-Nya (kata ketakutan ini berasal dari bahasa asli agony yang berarti nyeri sekali, penderitaan yang mendalam), digambarkan peluh-Nya seolah-olah seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Setelah ayat 44 ini, tiba-tiba diceritakan Yesus bangkit berdiri di ayat 45. Lukas tidak menceritakan bahwa Yesus beberapa kali menemui murid-murid-Nya yang tertidur. Apa maksud ayat ini? Kata bangkit berdiri menggambarkan Yesus yang sudah menang atas pergumulan yang hebat. Ia siap dan bersedia mengikuti kehendak Bapa untuk berkorban bagi manusia yang sangat dikasihi-Nya, Ia berhasil mengalahkan pergumulan-Nya yang hebat.
Perikop ini diakhiri dengan peringatan untuk kembali berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan (ayat 46).

BAHAN DISKUSI
1. Apakah arti penderitaan bagi kita?
2. Bagaimana kita dapat menyaksikan iman di tengah penderitaan?
3. Bagaimana kita menjelaskan Yesus berdoa kepada Allah Bapa di Taman Getsemani, bukankah Yesus adalah Allah sendiri?
4. Tentang doa yang tidak terkabul, kecewakah kita? Apakah arti doa, jika doa itu tidak mengubah keadaan? (bandingkan ayat 42-43)

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez