Sunday, November 23, 2008

Sakacita Dalam Kebangkitan Kristus


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 19 April 2006


Tema : SUKACITA DALAM KEBANGKITAN KRISTUS
Bacaan : I Tesalonika 4 : 13 – 18.
Tujuan : 1. Peserta mengerti bahwa kebangkitan Kristus memberikan sukacita dalam menghadapi persoalan kematian.
2. Peserta memiliki keberanian untuk menantikan kedatangan Kristus sebagai orang-orang yang berkenan kepadaNya.

1. Nyanyian Pembukaan
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : I Tesalonika 4 : 13 – 18.
4. Pengantar PA

Orang Kristen sering lupa bahwa kebangkitan Kristus adalah suatu jawaban, sekaligus pembuktian tentang bagaimana keadaan orang-orang Kristen setelah hidup di dunia ini. Mestinya orang sadar ketika berbicara tentang kebangkitan Kristus, kebangkitan itu erat kaitannya dengan kematian. Akan tetapi, karena jarang dibahas maka kurang memahami atau lupa. Maka akhir-akhir ini banyak orang Kristen mulai “tergoda” oleh konsep-konsep di luar kekristenan. Perhatikanlah tayangan-tayangan dunia roh-roh orang mati di televisi, baik dalam bentuk sinetron maupun reality show (baca: spontan dan tidak direkayasa) yang menyajikan penampakan-penampakan kehidupan supranatural, yaitu suatu kehidupan yang diakui sebagian orang namun tidak dapat dilihat langsung oleh mata kita. Seringkali tayangan-tayangan itu diembel-embeli dengan keterangan diangkat dari kisah nyata. Repotnya dalam tayangan-tayangan itu selalu memakai konsep yang sama, yaitu bahwa tokoh supranatural itu (yang bukan Tuhan), entah itu orangtuanya atau saudara kembarnya yang sudah meninggal, digambarkan sebagai pahlawan, tokoh yang dapat menolong, menghibur, memberi nasihat kepada orang-orang yang bisa berhubungan dengan tokoh-tokoh itu.
Terlepas apakah tayangan semacam itu sekedar hiburan, mengandung suatu misi atau apa, yang pasti tayangan-tayangan semacam itu sudah sangat akrab, sangat dekat dan sangat digemari oleh segala usia, utamanya anak-anak. Bahayanya tayangan-tayangan semacam itu dapat mempengaruhi kehidupan iman kebanyakan orang yang menyaksikan. Mereka bertanya-tanya bahkan dengan perasaan takut dan ngeri: “seperti itukah keadaan seseorang setelah meninggal?”.
Jadi aneh, sesuatu yang tidak jelas, yang tidak pasti, malah menjadi makanan sehari-hari. Hal tersebut akhirnya menggiring seseorang untuk mengakui, mengiyakan apa yang dilihatnya itu sebagai satu kebenaran, tanpa sadar bahwa hal itu bertentangan dengan imannya, (pemimpin dapat mengambil contoh pengalaman para peserta yang mendapat “penglihatan” tentang keluarganya atau orang-orang yang sudah meninggal), sehingga memunculkan pertanyaan apakah benar seperti itu.
Di Jemaat Tesalonika, ada pengajaran-pengajaran yang membuat orang bertanya-tanya tentang persoalan kematian dan tentang kedatangan Kristus. Dalam suratnya Rasul Paulus menjelaskan tentang seorang Kristen yang meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Paulus juga menasihatkan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Sebelum kita masuk ke dalam perikop kita (ayat 13-18), kita perlu memahami ayat 11 dan 12. Kedua ayat ini menerangkan mengenai hidup sopan, saling menghargai, saling memberi, dan hidup yang mandiri, tidak menjadi benalu bagi orang lain. Bagi Paulus sudah semestinya orang Kristen saling mengasihi, dalam arti saling memberi. Akan tetapi, prinsip saling memberi dapat menyebabkan orang lain menjadi benalu. Oleh karena itu, kemandirian hidup juga harus menjadi kebanggaan orang Kristen. Dengan kata lain, menolak pemberian selama kedua tangan ini dapat memenuhi segala kebutuhan hidup (dapat diambilkan contoh pengalaman jemaat dalam mendampingi warga diakonia).

Perikop ini dapat dibagi menjadi dua bagian;
Bagian Pertama (ayat 13-15)
Waktu itu terjadi kekhawatiran besar bagi jemaat di Tesalonika terhadap orang-orang Kristen yang sudah meninggal. Mereka tidak tahu persis, bagaimanakah keadaan orang-orang yang sudah meninggal. Sudah tidak tahu, ditambah lagi waktu itu ada pemahaman bahwa kematian adalah akhir dari segala-segalanya. Hal inilah yang menyebabkan hidup mereka diwarnai dengan kekhawatiran ganda. Mereka khawatir akan nasib kerabat mereka yang sudah meninggal, sekaligus khawatir nasib diri merelka sendiri, sebab bagaimanapun mereka tetap tidak berdaya melawan usia. Dengan kata lain mereka sangat takut menghadapi persoalan kematian.
Mereka mengira, bahwa yang memperoleh kemuliaan hanya orang-orang yang hidup sampai hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, sedangkan yang telah meninggal tidak mendapat bagian dalam kemuliaan Tuhan. Melalui perenungan akan kebangkitan Kristus, Paulus menjelaskan bahwa baik orang yang sudah meninggal maupun yang masih hidup mengalami hal yang sama, sama-sama mengalami kemuliaan bersama Tuhan Yesus yang bangkit. Oleh karena itu, jangan terus menerus meratap seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan, menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segala-segalanya.
Di sinilah Paulus meletakkan prinsip penting, kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Bagi orang yang hidup atau yang sudah mati di dalam Kristus, mereka tetap berada di dalam DIA. Antara Kristus dan orang-orang yang mengasihiNya tetap terdapat suatu hubungan yang tak dapat diputuskan, hubungan yang melampaui kodrat, yaitu kematian itu sendiri. Karena Kristus telah mati dan bangkit kembali, maka orang yang mati bersama Kristus juga akan dibangkitkan. Jadi, pada prinsipnya apabila makna kebangkitan Kristus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh maka dukacita yang berkepanjangan akibat persoalan kematian akan sirna dan berubah menjadi sukacita, yaitu sukacita dalam kebangkitan Kristus.

Bagian Kedua (ayat 16-18)
Tentang hari kedatangan Tuhan. Gambaran tentang kedatangan Kristus yang digambarkan oleh Paulus sebenarnya adalah berbentuk puisi, bukan sebuah penglihatan atau pengalaman pribadi. Sebuah puisi yang berusaha menjelaskan sesuatu yang memang tidak dapat dijelaskan.
Dalam puisinya ia menggambarkan bahwa pada saat Kristus datang kedua kali, Kristus berfirman, kemudian ada suara malaikat dan sangkakala Allah yang membangkitkan orang-orang mati, kemudian baik yang mati maupun yang hidup sama-sama akan diangkat masuk kedalam kereta-kereta awan untuk bertemu dengan Kristus; dan sesudah itu mereka akan tinggal bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Kita tidak perlu memahami puisi ini secara rinci, sebab bukan hal itu yang penting. Yang terpenting bahwa puisi Paulus tentang kedatangan hari Tuhan itu senantiasa memberikan penghiburan, utamanya pengharapan bagi jemaat. Pada akhirnya melalui penjelasan tersebut diatas, Rasul Paulus berharap agar jemaat tetap dapat hidup tenang dan bekerja seperti biasa. Hidup tenang itu akan terwujud bila mereka mewujudkan hidup yang berkenan di mata Tuhan.

Kesimpulan:
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Kematian adalah tetap sebuah misteri, sebuah rahasia yang terus menerus menjadi pergumulan bagi setiap orang. Misteri itu memunculkan pemahaman-pemahaman diluar Kristus seperti yang terjadi, baik yang di Tesalonika maupun yang sekarang banyak ditayangkan di televise. Pemahaman-pemahaman itu bermunculan karena orang berusaha meraba lalu menggambarkan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Perlu ditegaskan pula bahwa upaya untuk meraba dan menggambarkan dunia orang mati di luar Kristus adalah sesuatu yang bertentangan dengan iman Kristen yang akhirnya dapat menyesatkan ( membuat orang berdukacita, takut, dan ngeri).
2. Walaupun kematian adalah suatu pergumulan yang tidak terjangkau oleh akal manusia, ada satu pengharapan dan sukacita bagi orang-orang percaya ketika dirinya sungguh-sungguh mengerti tentang makna kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus berkuasa membangkitkan orang mati dan sekaligus mengumpulkannya bersama-sama orang yang masih hidup untuk diangkat dalam kemuliaan kerajaan sorga.
3. Pada akhirnya kita diingatkan supaya tidak cemas atau takut, bahkan larut dengan gambaran-gambaran dunia orang mati di luar Kristus. Oleh karena itu, berusahalah hidup berkenan kepada Allah yang telah memberi jaminan hidup kekal dalam kuasa kebangkitanNya.


BAHAN DISKUSI
1. Mintalah pendapat peserta tentang tayangan-tayangan dunia roh-roh atau kehidupan sesudah kematian di televisi.
2. Bagaimanakah sikap kita terhadap kehidupan sesudah kematian di dalam Tuhan Yesus?
3. Peserta diminta memberikan contoh contoh nyata tentang hidup yang berkenan dalam menantikan kedatangan Tuhan.


5. Nyanyian Akhir
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez