Sunday, November 23, 2008

Dipulihkan Dalam Kematian-Nya


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 21 Maret 2007

Tema : DIPULIHKAN DALAM KEMATIAN-NYA
Bacaan : Yohanes 19:28-30
Tujuan : 1. Peserta PA memahami dan menghayati bahwa kematian Tuhan Yesus adalah kematian yang berharga.
2. Peserta PA dapat menjabarkan makna kematian Tuhan Yesus bagi hidupnya sebab kematian-Nya adalah untuk memulihkan martabat manusia yang rusak.

1. NYANYIAN PEMBUKAAN, KJ 177
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : YOHANES 19: 28-30.
4. PENGANTAR PA

Ada sebuah pesan yang bermakna dalam dan indah: “Mati dalam kebenaran adalah kehidupan, namun hidup dalam kehinaan lebih buruk dari pada kematian”. Pepatah ini mengingatkan kepada Tuhan Yesus, bagaimana tidak, dalam kebenaran IA tidak takut mati. Hal inilah yang membedakan kita dengan-Nya. Tidak jarang ketika kita merasa benar, kita menjadi orang yang maunya menang sendiri dan tidak jarang kita melakukan penindasan terhadap sesama dengan tujuan agar orang lain menjadi malu dan martabatnya semakin rusak.
Sebagai orang kristen, marilah kita merenung kembali, bukankah kita sering menjadikan pernyataan Tuhan seperti dalam I Petrus 2:9 : “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan Tuhan sendiri…” . ayat ini dimaknai sebagai sebuah perasaan yang menganggap diri sebagai yang paling kuat/baik (superioritas) terhadap orang-orang lain yang tidak satu iman atau mungkin kita persempit yakni kepada saudara-saudara kita yang tidak satu gereja atau satu denominasi (aliran), dengan demikian kita merasa layak merendahkan mereka? Merendahkan martabat orang lain atas nama iman dan Tuhan, karena kita merasa sebagai orang yang paling benar dan paling mulia justru akan membuat martabat kita sendiri menjadi rusak sebab kita mencela sesama umat yang diciptakan Tuhan dengan amat baik.
Lihatlah Sang Yesus, sepanjang perjalanan pelayanan-Nya, Ia tidak bercacat dan bercela, IA selalu hidup dalam kebenaran, tetapi dalam kebenarannya Tuhan Yesus tidak pernah merendahkan martabat manusia. Martabat manusia memang sudah rendah sejak manusia jatuh ke dalam dosa tetapi Tuhan Yesus tidak “memperolokkan” atau semakin merendahkan martabat yang rusak itu, melainkan dalam kebenaran-Nya, IA berjuang memperbaiki martabat kemanusiaan agar manusia menjadi serupa dengan Dia.
Dengan jalan kerendahan IA menyediakan diriNya menderita, bahkan mati dengan cara yang mengerikan, sengeri rusaknya martabat manusia. Melalui PA ini kita akan melihat bersama bagaimana Sang Yesus mati menurut Injil Yohanes 19: 28-30 agar rusaknya martabat manusia segera berakhir, sehingga seperti yang dikatakanNya: “Sudah selesai” benar-benar terwujud. Ia selesai berkarya di dunia dengan jalan kematian, martabat manusiapun dipulihkanNya sebab IA menyerahkan nyawaNya bagi dunia yang dikasihiNya.
Ayat 28
Penulis Injil Yohanes menghubungkan ayat 28 dengan ayat-ayat sebelumnya dengan menggunakan kata sesudah itu. Didalam kata ini kita menemukan kisah dari kisah penderitaan menuju kisah kematian Tuhan Yesus. Diceritakan bahwa Tuhan Yesus tahu, bahwa saatnya telah selesai. Jika kita memperhatikan dalam Injil Yohanes, kata Yesus tahu diungkapkan sebanyak 3 kali yaitu:
13: 1 Yesus telah tahu bahwa saatnya telah untuk pergi dari dunia kepada Bapa.
18:4 Yesus yang tahu semua yang akan menimpa diriNya...
18:28 sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai.
Dengan mengatakan Yesus tahu penulis Injil Yohanes mengajak kita untuk memahami bahwa apa yang dialami Tuhan Yesus bukanlah sebuah kecelakaan yang tidak disangka olehNya, namun semua diketahuiNya sebelum Ia mengalami penderitaan. Kata Yesus tahu juga dipakai oleh penulis untuk meyakinkan kita bahwa Yesus bukan manusia biasa, Ia adalah Tuhan yang tahu segala sesuatu, termasuk dengan kematian yang akan dialamiNya. Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai. Kata telah selesai dalam ayat 28 ini adalah keterangan bahwa karya Tuhan Yesus telah berakhir. Sebelum Tuhan Yesus mengakhiri karyaNya, diatas salib IA berkata: “Aku Haus”, kepada kita diberitahukan bahwa kata Aku Haus adalah kata yang tertulis dalam kitab suci yaitu Mazmur 69:22.
Ayat 29
Setelah Tuhan Yesus mengatakan Aku Haus, penulis menceritakan bahwa disitu, didekat salib terdapat suatu tempat penuh anggur, lalu para prajurit mencucukkan bunga karang, yang dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Kita mungkin bertanya-tanya : “Kok di dekat salib sudah disediakan anggur asam? Itu sengaja atau tidak?”. Menurut tafsiran V. Indra Sanjaya, hadirnya anggur asam (Oxos:anggur yang asam atau cuka) karena anggur asam adalah penghilang rasa haus yang paling efektif, lebih efektif daripada air minum. Harga anggur asam tidak mahal, sehingga menjadi minuman yang digemari banyak orang. Kita bisa membayangkan para prajurit yang mengiring jalan salib membawa anggur asam untuk menghilangkan rasa haus mereka dan ketika Tuhan Yesus mengatakan Aku Haus, mereka memberikan anggur asam itu kepada Tuhan Yesus dengan mencucukkan sebatang hisop kedalam bejana dan mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Kata hisop dalam PL muncul 10 kali dan dalam PB muncul sebanyak 2 kali. Keluaran 12:22 : “kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya ke dalam darah yang ada dalam sebuah pasau, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu…”. Dalam teks ini, hisop adalah sejenis tanaman yang dipakai untuk mengolesi pintu dengan darah anak domba paskah. Sementara dalam PB, kata hisop dipakai dalam Ibrani 9:19 dipakai dalam konteks pengorbanan darahNya, semua dosa diampuni, anugerah keselamatan dinyatakan, martabat manusia yang hancur akibat dosa-dosa dipulihkan.
Ayat 30
Setelah Tuhan Yesus meminum anggur asam, berkatalah Ia: “Sudah selesai” lalu menundukkan kepala dan menyerahkan nyawaNya. Pada ayat 28, penulis menceritakan Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai dan pada ayat 30 Tuhan Yesus mengatakan: “Sudah selesai”, sebenarnya apa yang sudah selesai? Kalau kita cermati dari ayat 29, mereka yang hadir dalam penyaliban Tuhan Yesus mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada hisop dan mengunjukkannya pada Tuhan Yesus, setelah Tuhan Yesus minum, ia berkata sudah selesai. Hisop yang adalah gambaran pengorbanan telah disempurnakan Tuhan Yesus. Ia telah benar-benar mencurahkan darahNya dan setelah itu terjadi Ia berkata: “Sudah selesai”, selesailah tugas perutusanNya.
Selesainya tugas perutusan Tuhan Yesus terlihat setelah Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya. Seperti seorang yang kehabisan tenaga, sehingga tidak kuat lagi mengangkat kepalaNya, itulah yang digambarkan penulis kisah ini dan Ia menyerahkan nyawaNya. Kepada siapa IA menyerahkan nyawaNya? Kepada dunia yang dikasihiNya, kepada dunia yang martabatnya sudah hilang agar dipulihkan.

BAHAN DISKUSI
1. Apa yang membedakan kematian Yesus dengan kematian manusia pada umumnya?
2. Apa makna kematian Kristus bagi kita?
3. Bagaimana perwujudan rasa syukur kita atas kematian Tuhan Yesus?

5. NYANYIAN AKHIR, KJ 167
6. DOA PENUTUP

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez