Sunday, November 23, 2008

Karya Roh Kudus Dalam Kehidupan Manusia


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 07 Mei 2008


Tema : ROH KUDUS BERKARYA MENYELAMATKAN, MANUSIA DIPAKAINYA, MEMBANGUN HUBUNGAN ADALAH BUAHNYA.
Bacaan : II Tesalonika 2 : 13 – 17.

1. Nyanyian Pembukaan; KJ 240a
2. Doa Pembukaan
3. Pembacaan Alkitab : II Tesalonika 2 : 13 – 17.
4. Pengantar PA

Siapa yang berkarya? Kita atau Allah? Itulah pertanyaan yang sering muncul dalam percakapan iman jemaat. Pertanyaan ini sering memunculkan ketegangan dalam Pemahaman Alkitab jemaat Tuhan. Masalahnya adalah ada golongan jemaat yang menekankan semua adalah Karya Allah melalui Roh Kudus, sementara manusia hanyalah alat yang sebagaimana wayang kulit, tinggal melaksanakannya saja, yang dikehendaki sang dalang. Dipihak lain ada yang berpendapat bahwa harkat dan martabat manusia dihadapan Allah begitu berharga sehingga manusia diberi wewenang untuk melakukan tugas-tugasnya secara mandiri.
LAI (lembaga Alkitab Indonesia) memberi judul pada perikop 2 Tesalonika 2: 13-17 dengan pilihan kalimat “dipilih untuk diselamatkan”. Memang kesan pertama dari judul ini adalah pembenaran atas pendapat “Allah Aktif” dan manusia “Pasif”, artinya golongan yang menekankan bahwa semua mutlak karya Roh Kudus dapat dibenarkan. Akan tetapi apabila kita melihat lebih teliti bagaimana perikop ini bercerita tentang “dipilih untuk diselamatkan” maka akan jelas tergambar bagaimana ada beberapa yang sedang diceritakan:
1. Dipilih untuk diselamatkan (ayat 13-14); bahwa pemilihan itu adalah dari mulanya melalui Roh Kudus.
2. Peran manusia dalam karya tersebut (ayat 13 bagian akhir) “.... dan dalam kebenaran yang kamu percayai” menunjukkan bagiamana manusia dipakai dalam proses pilihan itu yaitu: mempercayai kebenaran yang diberikan.
3. Konsekuensi yang harus dilakukan manusia yaitu teguh pada ajaran-ajaran yang diberikan (ayat 15)
4. Jaminan penguatan dan penghiburan justru ada pada pekerjaan dan perkataan baik (ayat 17) artinya ada berhubungan antara karya penghiburan serta penguatan Allah dalam tindakan baik dan perkataan baik manusia.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa sebenarnya tidak perlu susah-susah bersitegang peran Allah Roh Kudus dan Peran Manusia. Karena Roh Kudus secara total berkarya dalam tindakan manusia, sementara manusia juga total dipakai Allah untuk melaksanakan karyanya tersebut. Dalam kenyataan, kita melihat bagaimana manusia dipakai oleh Allah dengan mnggunakan bahasanya, kepintarannya, budayanya atau apapun yang dipunyainya. Akan tetapi dalam keberhasilannya pastilah tidak dapat diklaim oleh manusia sebagai “prestasi mandirinya” karena sekecil apapun dalam hati yang terdalam terbersit rasa heran “kok aku bisa ya?”. Ini adalah permulaan pengakuan bahwa ada karya kuasa Roh Allah yang mendampingi sehingga berhasil.






Melalui pemahaman sepenuhnya Karya Roh Kudus yang juga total memakai manusia inilah kita diajak untuk menghayati karya keselamatan yang memulihkan martabat manusia. Martabat manusia dipulihkan oleh Allah, dan oleh karena itu diperbolehkan untuk turut berkarya dalam pemulihan martabat manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial sebenarnya manusia tidak dapat lari dari keharusan membangun hubungan dengan orang lain, karena pada dirinya tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa hubungan dengan yang lain. Manusia tidak cukup hidup hanya dengan makan dan minum saja, tetapi juga membutuhkan hubungan yang menghangatkan hidupnya. Pokok yang sering muncul sebagai sumber kegagalan dalam membangun hubungan adalah penerimaan kita terhadap orang lain. Betapa sulitnya menempatkan orang lain sebagai yang “lebih dari kita” atau minimal “sama dengan kita”. Padahal salah satu syarat membangun hubungan yang sehat adalah dengan menerima satu dengan yang lainnya, saling menghargai dan saling menerima kekurangan serta keunggulan yang lain.
Hubungan antar manusia dengan manusia lain, apapun yang terjadi akan melibatkan “kepentingan pribadi” dalam artian orang sering berpikir terlebih dahulu sebelum membangun hubungan dengan menilai apakah hubungan tersebut membahayakan dirinya atau sebaliknya menguntungkan dirinya. Ketika hubungan yang dibangun menguntungkan, pastilah dia dengan cepat menangkap peluang tersebut untuk membangun hubungan yang lebih kuat. Akan tetapi ketika hubungan yang akan dibangun tersebut berakibat pada pengorbanan yang akan dialaminya, pasti dia akan segera lari dari bangunan hubungan tersebut. “Buat apa melanjutkan hubungan .. toh ujung-ujungnya aku yang harus mengalah..” demikian pikir kita.
Dipilih untuk diselamatkan dalam perikop ini membawa kita pada keberanian untuk masuk dalam keselamatan Allah karena karya Roh Kudus. Buah dari hal tersebut adalah menguatkan hati dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. Dan hal tersebut hanya dapat dibuktikan ketika kita menjalin hubungan dengan orang lain dengan tanpa memperhitungkan apakah menguntungkan dan merugikan kita. Kita behubungan dengan saudara-saudara kita dengan penerimaan yang tulus; menghargai mereka dan menerima mereka apa adanya. Ketika kita dipanggil untuk selamat dan dipulihkan martabat kita, maka tahap berikutnya adalah kita dipakai untuk turut serta memulihkan martabat yang lain.


BAHAN DISKUSI
1. “Dipilih untuk diselamatkan”, jelaskan peran Allah dan manusia dalam pernyataan tersebut!
2. Mengapa Allah memilih kita untuk diselamatkan? Dan apa makna bahwa Allah melibatkan kita dalam karya penyelamatanNya?
3. Bagaimana sikap kita ketika menyadari bahwa kita dipakai Allah dalam karya pemulihan hubungan dan penyelamatan Allah?


5. Nyanyian Akhir, KJ 429
6. Doa Penutup

“Selamat ber-PA, Tuhan memberkati”

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez