Sunday, November 23, 2008

Risiko di Dalam Kristus


PEMAHAMAN ALKITAB KELUARGA
Rabu, 06 September 2006


Tema : RESIKO DI DALAM KRISTUS.
Bacaan : 2 Korintus 4: 7-12

1. NYANYIAN PEMBUKAAN
2. DOA PEMBUKAAN
3. PEMBACAAN ALKITAB : 2 KORINTUS 4: 7-12
4. PENGANTAR PA

Dalam bagian ini Paulus berbicara tentang perjumpaan antara kelemahan dan kerapuhan manusia dengan kemuliaan Allah. Uraian ini diutarakan dalam suatu rangkaian ungkapan yang nampaknya saling bertentangan untuk memperlihatkan dengan lebih jelas “kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah” dengan kelemahan dan kerapuhan orang-orang percaya. Ia tak ubahnya seperti bejana tanah liat. Paulus sendiri telah mengalami berbagai macam penderitaan, disesah, dipukul, didera, dilempari dengan batu, ia mengalami berbagai bencana di lautan, kapal yang ditumpanginya karam, terkatung-katung dilaut lepas; dengan pengembaraannya ia sering diserang penyamun, demikian pula bahaya-bahaya yang menghadang dimana-mana, baik dikota, dipadang gurun ataupun di laut. Ia mengalami lapar dan dahaga, kedinginan tanpa pakaian dan sebagainya (2 Korintus 11: 24-27). Kita menemukan daftar pergumulan Paulus yang sangat mengesankan, ditambah lagi keprihatinannya yang dalam terhadap kesejahteraan jemaat-jemaat yang telah ia bangun. Di dalam pengalaman inilah telah dialami bahwa kekuatan Allah jualah yang mengatasi segala ketidakberdayaan kita. Dalam ayat 8-9 diutarakan serentetan ungkapan berlawanan yang kita katakan di atas. Dalam seluruh pengutaraan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda digunakannya kekerasan untuk melawan ketidakadilan ataupun perlakuan sewenang-wenang dan tindak kekerasan atas dirinya.
Ada banyak ragam tekanan dan penindasan dalam hidup ini, namun orang beriman itu tidak harus tersudut sedemikian rupa sehingga mengalami frustasi atau kepanikan. Jalan ketaatan tidak pernah menemukan jalan tersumbat; dijalan pelayanan kristiani tidak pernah ada jalan buntu. Adalah ciri dasar kehidupan kristiani bahwa dalam keadaan bagaimanapun, akan selalu ditemui ruang gerak. Betapapun sempitnya keadaan, ia tidak perlu merasa diri terkurung atau terpenjara, seolah-olah tidak mampu bergerak lagi. Betapapun sangat sulitnya keadaan atau sudah sedemikian rupa terdesak dalam lingkungan kehidupan yang sangat menyekap, namun akan selalu ada jalan keluar, karena harta kehidupan yang ada padanya itu akan menemukan ruang bebas kepada Allah.
Ada saatnya dalam hidup ini kita tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan; kita benar-benar habis akal. Apakah itu menyangkut soal-soal kehidupan nyata, ataupun yang menyangkut masalah-masalah rohani. Namun dalam keadaan demikian, walaupun habis akal, ia tidak perlu putus asa. Ia selalu memiliki pengharapan. Karena juga dikatakan: tanpa pengharapan sama artinya tanpa Allah (bnd. Efesus 2:12). Adakalanya seseorang tidak mampu lagi melihat dengan jelas kemana arah hidup ini, namun ia tidak usah menyangsikan bahwa bagaimanapun juga hidup itu pasti menuju arah yang benar. Ada kalanya orang percaya itu harus belajar melalui cara yang sangat pahit dan pedih. Seperti Kristus sendiri harus belajar melalui Getsemani; kita harus belajar menerima hal yang tidak bisa kita pahami melalui nalar kita. Yang pasti bahwa orang percaya itu tidak pernah akan kehilangan pengharapan karena ia memiliki pengetahuan tentang kemuliaan Allah, yaitu harta kehidupan itu.
Penganiayaan karena iman seseorang, biasanya melibatkan tindak pengucilan sosial. Pengucilan seperti itu pada umumnya mengandung rasa kesepian yang luar biasa dan sangat perih. Sang Rasul mengalami rasa sepi yang nyeri itu namun ia tidak merasa ditinggalkan; ia tidak pernah mengalami kesendirian, karena ia selalu menyadari kehadiran penyertaan Sang Kristus. Ketika ia menghadapi pengadilan terhadap dirinya, tidak seorang pun yang menemani dia, “tetapi” tulisnya: “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku” (2 Timotius 4:17).





Ciri luar biasa dari orang percaya bukanlah bahwa ia tidak pernah terjatuh tetapi bahwa setiap kali ia terjatuh, ia bisa bangun kembali. Bukannya bahwa ia tidak pernah terpukul atau tertumbangkan, tetapi bahwa ia tidak pernah dapat dihancurkan. Ungkapan ini tidak hanya berarti hantam-hantaman jasmani tetapi juga pukul-pukulan rohani. Betapa hati sang rasul amat tersayat pedih dan batinnya terpukul karena ketidaksetiaan jemaat Korintus. Pengalaman seperti itu bisa saja menguras habis energi dan semangat seseorang. Bisa terjadi bahwa kesedihan yang sangat dalam akan melenyapkan semangat hidup seseorang. Imanlah yang menjadi rahasia kekuatan alam hidup kita. Imanlah yang membuka kemungkinan bagi kita untuk tetap berhubungan dengan sumber ilahi yang tidak pernah kering itu. Karena harta kehidupan yang maha agung itu ada dalam diri kita, maka:
 Kita tidak usah berpaling ke belakang melainkan maju terus;
 Kita tidak meragukan bahwa awan hitam dan gelap itu pasti akan buyar;
 Kita tidak akan mau bermimpi bahwa kejahatan itu memiliki kata terakhir;
 Kita tidak usah gentar bila terjatuh karena pasti bangun kembali untuk terus berjuang dengan lebih baik.
Bila seseorang hendak menghayati hidup didalam Kristus, ia juga harus berani mengambil resiko yang sudah diambil oleh Sang Kristus sendiri. Bila seseorang ingin hidup bersama Kristus ia harus siap berjalan bersama Kristus di jalan yang penuh kesetiaan dan kasih.
Paulus menghadapi segala sesuatu sambil mengingat kuasa Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian. Ia percaya dan merasa pasti bahwa ia selalu dapat menimba kekuatan baru yang berlimpah bagi kehidupan ini, yang jauh lebih ampuh, jauh lebih unggul dari kekuatan maut.
Ia menanggung semuanya dan segala sesuatu dalam keyakinan bahwa melalui penderitaan dan segala cobaan itu, orang lain akan dibimbing menuju terang kasih Kristus. Sang rasul telah mampu melewati segala sesutau yang telah menimpa hidupnya, karena kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah menyertai dan mendukungnya. Dengan keyakinan yang demikian teguh ia mampu menghadapi apa saja dalam perjuangan hidup ini.
Harta yang tak ternilai kemuliaannya yang diutarakan rasul dalam ayat awal bacaan tadi, tidak lain dari Yesus Kristus sebagai Tuhan. Atau dengan ungkapan lain yang juga adalah rumusan sang rasul sendiri: “terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Korintus 4: 5-6).

BAHAN DISKUSI
1. Bagaimana Anda melihat kehidupan keluarga kristiani dan gereja-gereja di Indonesia yang saat ini sering menghadapi pergumulan dalam hidup dan imannya?
2. Petunjuk-petunjuk apakah yang dapat Anda ambil dari bacaan yang memperkuat keyakinan kita untuk hidup dalam damai ditengah-tengah budaya kekerasan yang kian marak di Indonesia sekarang?
3. Menghadapi keprihatinan dan pengharapan gereja dan bangsa di awal abad ke-21 ini, bagaimana kita dapat mengembangkan ketahanan iman dan cara hidup yang menjauhi bentuk-bentuk pembalasan dan kekerasan?

5. NYANYIAN AKHIR
6. DOA PENUTUP

” Selamat ber-PA, Tuhan memberkati ”

0 comments:

 

Pemahaman Alkitab GKJ Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez